Rabu, 26 Oktober 2022
Membangun Kerja Tim
Sabtu, 22 Oktober 2022
Reuni Tidak Disengaja
Jum'at, 21 Oktober 2022, saya mengikuti kegiatan Pendampingan Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Penciptaan Lingkungan Belajar yang Kondusif P5LBK. Pesertanya terdiri dari kepala sekolah dan guru SD se-Lombok Timur. Lokasi kegiatan dilaksanakan di SD Negeri 1 Aikmel Barat.
Kegiatan mestinya dimulai pukul 08.00 tetapi lebih lambat sekitar 15 menit dari jadwal yang telah ditentukan. Hal ini karena peserta datang dari jarak yang beragam, peserta terjauh dari Lombok Utara. Mereka harus menempuh perjalanan berjam-jam.
Mungkin benar teori Sapir Whorf bahwa bahasa mempengaruhi pikiran dan tingkah laku seseorang. Perbendaharaan kata yang digunakan membentuk cara pandang dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari.
Secara berseloroh, (mungkin) dapat dihubungkan dengan kebiasaan berbahasa masyarakat Indonesia. Salah satunya penggunaan istilah "jam karet" untuk mewakili kebiasaan terlambat. Artinya, istilah ini merujuk pada waktu bahwa di Indonesia memiliki sifat elastis, sebuah metafora terhadap cara kita melihat dan mengatur waktu dalam aktivitas sehari-hari. Keberadaan istilah itu memberikan pengaruh pada perilaku masyarakat dalam menghargai waktu.
Terlepas dari cara pandang tentang waktu, satu hal yang penting bahwa setiap kegiatan yang bertujuan baik selalu secara niscaya memberikan efek positif, sekecil apapun.
Andaipun peserta tidak dapat menguasai secara maksimal inti materi kegiatan, pasti ada sisi lain yang memberikan semangat baru bagi peserta. Salah satunya, kehadiran peserta dalam kegiatan pendampingan juga menjadi ajang reuni tidak disengaja karena beberapa peserta memiliki kesamaan masa lalu, pernah menempuh studi bersama, mengajar bersama, atau faktor kesamaan lain di masa lampau.
Saya sendiri berjumpa dengan beberapa peserta yang pernah mewarnai kehidupan saya di masa silam. Mereka adalah teman-teman yang sempat singgah dalam kehidupan saya sebagai sahabat, sebagai teman bercanda, teman belajar, teman satu inang saat berada dalam fase sebagai generasi pembelajar formal. Salah satunya saya melabelinya dengan "Raja Diksi". Dia memiliki kemampuan imaginer luar biasa. Kemampuan imaginer itu kerap dituangkannya dalam puisi. Daya imaginasinya mampu menghubungkan fenomena alam dan cinta. Dia mampu menuangkan kegelisahan, kebahagiaan, dan segenap emosi dalam rangkaian diksi yang menggetarkan.
Bertemu mereka rasanya seperti napak tilas bentangan cerita lama yang tidak memudar begitu saja. Berkumpul bersama mereka saya seakan dibawa terbang sebuah mesin waktu ke masa lalu ketika berada dalam fase di mana gagasan tentang masa depan sarat dengan ketidakpastian. Dalam rentang waktu ketidakbersamaan itu peserta dipertemukan kembali dalam reuni tidak disengaja dalam sebuah kegiatan kolektif.
Banyak hal yang berubah. Perubahan fisik, cara berfikir, penampilan, sampai karir. Secara fisik ada yang mengalami pembengkakan tubuh bak karet gelang terendam minyak tanah, geraham yang tidak berfungsi secara maksimal, kepala yang mulai kehilangan mahkota, sampai kemampuan fisik melemah.
Pada sisi pikiranpun perubahan menunjukkan hal yang sama. Jika masa muda diwarnai dengan kemampuan berpikir yang masih fresh, pada fase saat ini kemampuan itu mengalami penurunan daya. Indikator itu terlihat dari obrolan yang kerap mengeluhkan tentang perubahan kebijakan yang makin akseleratif dari waktu ke waktu. Namun demikian, patut dicatat bahwa di balik kemampuan berpikir yang melemah itu ada cara berpikir yang lebih bijaksana dan dewasa. Cara memandang realitas sehari-hari lebih positif sebanding dengan pendewasaan cara berpikir.
Penampilan dan karier tidak luput dari guncangan arus perubahan. Perubahan itu tampak dari gaya berbicara, berpakaian, dan aspek kebendaan yang dimiliki. Pada sisi karier secara umum sama, masih tetap pada jalur yang sama, pendidikan. Satu dua orang hanya menempati posisi yang berbeda tetapi tatap pada jalur pendidikan dengan tugas dan fungsi yang berbeda beda.
Selong, 22 Oktober 2022
Rabu, 05 Oktober 2022
Pengimbasan IKM, Refleksi Peran Sekolah Penggerak dalam Menggerakkan Implementasi Kurikulum Merdeka
Sumber gambar (Dokpri)
Tulisan ini semacam resume hasil rapat Forum Sekolah Penggerak Kabupaten Lombok Timur pada hari Rabu, 05 Oktober 2022, di Aula Handayani Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur.
Rapat tersebut dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur, beberapa Kepala Bidang, dan Kepala sekolah penggerak jenjang sekolah dasar.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas berharap agar sekolah penggerak dapat menjadi Pioneer dalam pengimbasan IKM. Banyak kegiatan Pengimbasan yang dilaksanakan dengan melibatkan Nara sumber dari daerah lain ternyata tidak meninggalkan hasil yang diharapkan.
Fakta di atas membuat pemangku kebijakan menawarkan pendekatan lain dengan melibatkan kepala sekolah dan guru dari sekolah penggerak. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa sekolah penggerak memiliki pengalaman dalam implementasi kurikulum merdeka.
Sekolah penggerak, harus diakui, memiliki tanggung jawab dalam menyebarkan praktek baik yang telah dilaksanakan di sekolah masing-masing. Asumsi ini cukup logis karena proses Pengimbasan memerlukan semacam rule model, contoh.
Agar pelaksanaan kegiatan Pengimbasan berjalan sesuai harapan, perencanaan dimulai dengan pemetaan tugas masing-masing sekolah. Pemetaan itu didasarkan pada materi yang berhubungan dengan kurikulum merdeka, seperti, capaian pembelajaran, tujuan dan alur pembelajaran, modul ajar, asesmen, dan proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah kesiapan sekolah untuk berbagi atau melakukan pengimbasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembekalan kepada sekolah penggerak. Pembekalan dalam konteks ini merupakan upaya pemantapan pemahaman sekolah penggerak tentang IKM melalui kegiatan diskusi dalam rangka melahirkan persamaan persepsi tentang materi pengimbasan.
Aula Handayani, 05 Oktober 2022
Senin, 18 Juli 2022
Lombok Timur ke Bandung Mengulik Kompetensi program sekolah Penggerak
13/07/2022, Rombongan kepala sekolah yang terdiri dari TK/paud, SD, dan SMP Kabupaten Lombok Timur bergerak menuju Jakarta dan Bandung untuk menjemput kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran pada satuan pendidikan masing-masing.
Atas dasar semangat dan ambisi perubahan peserta berinisiatif menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan rela merogoh koceknya sendiri untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan kepala sekolah yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan satuan pendidikan.
Hari pertama Diklat Kepala sekolah Kepemimpinan praktek baik, peserta mengikuti dialog bersama Dirjen GTK Kemdikbud ristek Jakarta. Dialog singkat itu tentang perkembangan sekolah penggerak serta kendala yang dihadapi pada tataran implementasi.
Salah satu pesan moral yang cukup memantik semangat peserta, seperti disampaikan dirjen GTK, adalah bahwa sekolah penggerak tidaklah diluncurkan dengan iming-iming bantuan material maupun stimulus finansial.
Program sekolah penggerak diluncurkan dengan harapan bahwa satuan pendidikan mampu memaksimalkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya material.
Salah satu perubahan mendasar yang penting untuk diubah adalah perubahan cara berpikir. hal ini menyangkut bagaimana sumber daya material yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya material memang penting tetapi jauh lebih penting bagaimana sumber daya manusia yang ada dapat memaksimalkan sumber daya material atau aset yang ada.
Gagasan di atas sangat berhubungan erat dengan pengelolaan satuan berbasis aset. Pengelolaan ini berusaha memanfaatkan sumber daya yang ada atau aset yang dimiliki. Aset merupakan setiap potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
Berbeda jika pengelolaan sekolah menggunakan pendekatan berbasis masalah. Pengelolaan semacam ini cenderung memandang dan menganalisis kekurangan. Segala sesuatu dilihat dari sisi gap/masalah.
Dengan pengelolaan berbasis aset atau sumberdaya (material dan manusia) akan menumbuhkan sikap positif setiap potensi yang dimiliki. Sekolah akan melihat segala sesuatu sebagai peluang dan kesempatan.
Satu hal mendasar dalam pengelolaan berbasis aset adalah kepemimpinan yang kuat, inovatif, berfikir progresif.
Lombok Timur, 18 Juli 2022
Kamis, 14 Juli 2022
P4TK IPA Kemdikbud Ristek
Musik pop lawas era 80-an tanpa syair menggenapkan gerimis yang menerpa lembut kota Bandung siang ini, Kamis, 14/07/2022. Suhu dingin yang menembus kulit jangat akibat perilaku alam digandakan lagi oleh semburan suhu yang menyeruak dari ruangan ber AC berdaya tinggi.
Begitulah kondisi udara siang ini ketika peserta pelatihan kepala sekolah TK/Paud, SD, dan SMP Kabupaten Lombok Timur memasuki ruang aula P4TK IPA Bandung.
P4TK IPA merupakan unit organisasi yang berada di bawah koordinasi Kemdikbud ristek. Unit ini memiliki tugas utama melaksanakan program yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan tenaga guru dengan tujuan untuk menciptakan tenaga pendidik yang lebih profesional dalam bidang sains dari waktu ke waktu.
P4TK-IPA saat ini bertransformasi menjadi BBGP atau Balai Besar Guru Penggerak regional Jawa Barat. Sejumlah fasilitas yang tersedia pada lembaga ini merupakan pendukung kegiatan pembelajaran sains. Fasilitas itu berupa ruang pertemuan, ruang kelas, ruang penginapan, laboratorium, sampai taman bernuansa sains.
Sejumlah program yang telah diluncurkan untuk menumbuhkan semangat belajar sains oleh P4TK tetap akan dilanjutkan setelah mengalami perubahan menjadi BBGP.
Deretan program tersebut bertujuan untuk mendorong tumbuhnya semangat dan motivasi belajar sains yang selama ini dianggap sulit.
Program tersebut dikemas dengan istilah unik dan menarik. Ada program DIDAMBA akronim dari Diklat Daring Masif dan Terbuka yang memiliki misi memberikan layanan peningkatan kompetensi guru IPA dan guru SD melalui diklat secara virtual. Program ini telah melahirkan sejumlah duta sains nasional yang dipercaya untuk menyebarkan semangat dan tuh sains di seluruh Indonesia.
Program lainnya dikenal dengan istilah "Modis Pisan", sebuah istilah yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat Sunda. Istilah ini kependekan dari Mobil Pendidikan Semua Pintar Sains. Program ini merupakan sebuah layanan belajar melalui demonstrasi percobaan sains menggunakan alat peraga inovatif dari bahan-bahan sederhana.
Masih banyak lagi program yang tetap akan dipertahankan dan dilanjutkan BBGP yang diwariskan P4TKIPA.
Itulah gambaran umum materi kunjungan ke BBGP sebagai bagian dari kegiatan pelatihan. Materi tersebut disampaikan oleh kepala bagian umum BBGP.
Bagian akhir pertemuan dibuka sesi diskusi dan tanya jawab seputar program lembaga.
Usai diskusi peserta berkesempatan melihat sejumlah fasilitas laboratorium yang tersedia. Di ruang pertemuan kepala bagian umum sempat berseloroh bahwa pengunjung diwajibkan berselfi pada spot yang ada di bagian atas bangunan. Seloroh lainnya peserta diwajibkan memfollow atau melakukan subscribe pada akun P4TK Kemdikbud ristek, seperti Facebook, Instagram, YouTube dan tiktok.
Catatan penting kegiatan ini adalah pemanfaatan media sosial sebagai media belajar.
Bandung, 14/07/2022
Selasa, 31 Mei 2022
Siswa Melakukan Kesalahan; Apakah Pemberian Sanksi Masih Relevan?
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa mengalami proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilan tertentu, serta pembentukan sikap dan rasa percaya diri pada peserta didik.
Pembelajaran, dengan kalimat yang berbeda, dapat diartikan sebagai proses pembentukan kompetensi yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran, dengan demikian, mengandaikan semacam harapan bahwa prosesnya haruslah bersifat menyeluruh, holistik. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru semestinya dapat mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir, melatih keterampilan, dan membentuk kepribadian.
Peran Guru
Guru sebagai pemimpin pembelajaran, karenanya, menempati posisi sentral. Pada titik ini guru berada pada posisi sebagai sumber belajar yang komprehensif–sebagai tempat bertanya, sumber inspirasi dalam menyelesaikan masalah, dan sebagai figur yang mampu tampil sebagai panutan dalam bersikap dan bertindak bagi peserta didik.
Tantangan besar guru dalam memimpin pembelajaran adalah membuka kemungkinan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, menguasai keterampilan tertentu, dan membiasakan diri berperilaku ke arah yang positif. Dalam menjalankan peran tersebut, guru dapat memilih pendekatan yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dari waktu ke waktu pendekatan itu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan sosial budaya. Pada saat yang sama, perubahan paradigma pembelajaran juga mengalami perkembangan. Pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran di masa lalu berbeda dengan masa kini.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Ilmu pengetahuan itu tidak saja menyangkut ilmu-ilmu alam dan sains tetapi juga ilmu-ilmu di bidang sosial, ekonomi, budaya, sampai ilmu yang secara spesifik membahas tentang pendidikan itu sendiri.
Perkembangan ilmu pendidikan dan pembelajaran tentu bermuara pada perkembangan pendekatan, strategi, metode, sampai tata cara paling teknis dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat peran guru mengalami rumusan yang terus menerus menjadi diskursus yang tidak pernah usai sepanjang waktu.
Peran dasar guru adalah sebagai pengajar dan pembimbing, sebagai transporter (alat angkut) informasi dalam wujud ilmu pengetahuan dan budaya kepada peserta didik. Peran dasar itu berkembang menjadi makin kompleks akibat tuntutan perubahan peradaban yang makin kompleks dari masa ke masa.
Sebuah pendapat menyebutkan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Pendapat lain memetakan peran guru dalam proses pembelajaran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, pengawet, dan sebagai kulminator.
Guru sebagai Pemberi Sanksi
Dari deretan peran guru di atas salah satu peran yang tidak disematkan adalah pemberi sanksi (hukuman) atau punisher. Walaupun diberikan ruang untuk memberikan sanksi, secara teori tidak ditemukan posisi guru sebagai "pemberi putusan bersalah" lalu memberikan sanksi sebagai kompensasi atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Dalam banyak kajian, punishment atau sanksi kepada siswa memang diperlukan dalam pembelajaran. Akan tetapi, bentuknya lebih mengarah kepada hal-hal yang positif, misalnya dengan memberikan tugas tambahan yang bersifat mendidik.
Sebagaimana dipahami bahwa sanksi merupakan kompensasi yang diterima seseorang ketika melakukan sebuah kesalahan. Sanksi itu bisa berupa sanksi hukum, sanksi sosial, atau sanksi agama yang relevan. Ini merupakan aturan untuk mewujudkan harmoni dalam kehidupan manusia.
Dalam dunia pendidikan sanksi juga memiliki peran penting. Pertimbangan utamanya bahwa sanksi tentu harus disesuaikan dengan kondisi yang terjadi.
Sanksi pada umumnya berhubungan dengan kesalahan dalam perilaku atau pelanggaran terhadap sebuah peraturan (sekolah). Beberapa perilaku yang melanggar peraturan sekolah, misalnya, tidak mengerjakan tugas, sering datang terlambat, merokok, suka bolos, atau tertidur saat pembelajaran berlangsung merupakan.
Guru pada masa lalu biasanya mengajar dengan gaya yang tegas dan kaku. Banyak endapan kisah guru zaman dahulu yang tidak segan-segan memberikan sanksi fisik kepada siswa jika ketahuan melanggar aturan sekolah.
Kesalahan siswa kerapkali berakhir pada ujung penggaris atau lemparan penghapus. Sering pula ditemukan siswa yang mengikuti pelajaran sambil terkantuk-kantuk, diberikan hukuman berdiri di depan kelas dengan satu kaki dan tangan terentang.
Ada juga siswa yang harus berlari keliling lapangan jika tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Pada hari yang lain, sejumlah siswa terkena razia dan harus merelakan rambut gondrongnya digunting cepak dengan cukuran yang tidak rata.
Sanksi-sanksi di atas, tidak terlepas dari upaya guru untuk membentuk prilaku siswa atau menekan perilaku indispliner siswa. Bentuk-bentuk sanksi di atas bukanlah bertujuan negatif tetapi sebagai upaya menempa siswa agar menjadi pribadi yang memiliki disiplin dan memiliki kesadaran untuk menaati peraturan sekolah. Akan tetapi, sanksi semacam itu kini dianggap tidak edukatif karena dapat menumbuhkan semacam dendam.
Proses pembelajaran dewasa ini mengalami perkembangan yang jauh berbeda dengan jaman lampau. Anak-anak masa kini dibentuk dalam kehidupan sosial budaya yang bebas dan terbuka. Hal ini menyebabkan pemberian sanksi fisik seperti di atas kerap dianggap tidak direkomendasikan lagi.
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dengan kekerasan tidak menyelesaikan masalah. Bahkan dapat berakibat pada munculnya persoalan hukum. Hal ini tidak saja karena perubahan cara berfikir masyarakat tetapi juga sebagai respon atas gagasan tentang perlindungan anak.
Ketika siswa melakukan kesalahan sebaiknya guru tidak buru-buru menetapkan sanksi. Diperlukan semacam investigasi untuk mengungkapkan penyebabnya. Peringatan merupakan tindakan awal kepada siswa yang bersangkutan agar tidak melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang. Jika siswa tidak dapat berubah dengan peringatan di sinilah sanksi dapat menjadi alternatif terakhir dengan catatan bahwa sanksi tersebut harus memuat nilai-nilai edukatif.
Hal paling utama adalah pendekatan personal kepada siswa yang bersangkutan. Keterlibatan orang tua dalam hal ini diperlukan sebagai bentuk kolaborasi antar stakeholder.
Lombok Timur, 29 Mei 2022
Referensi:
2. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Foto dan Video Nguping
Identitas Penulis
Senin, 09 Mei 2022
Hari Pertama Sekolah Pasca Lebaran; Apa Kegiatan Sekolah?
Pagi yang cerah. Matahari menghamparkan sinarnya secara paripurna. Cahayanya menerpa permukaan tanah lapang, jalan tanah, hamparan sawah, dan hijau dedaunan. Sepasang kupu-kupu terbang di antara rimbun pepohonan. Seekor kadal hijau diam dengan ekspresi siaga untuk melahap serangga kecil yang melintas di hadapannya.
Pagi yang cerah. Secerah itu wajah-wajah hadir di sekolah. Suasana ini merupakan pemandangan umum pada semua sekolah. Dua minggu sekolah libur membuat kerinduan warga sekolah menggunung. Dua minggu pula sekolah ditinggal telah membuat serakan sampah organic. Daun-daun dan ranting berguguran. Satu dua sampah plastic tampak di beberapa sudut halaman.
Pukul 07.00. gerbang sekolah telah dibuka. Anak-anak sudah ramai. Guru-guru juga sebagian sudah hadir. Rupanya surat edaran dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur cukup manjur. Edaran itu yang mengharuskan sekolah masuk tanggal 09 Mei 2022.
Guru dan siswa tampak melebur bahu membahu membersihkan sampah yang berserakan di sana-sini. Sebuah pemandangan yang menunjukkan sikap gotong royong yang hamper sempurna. Siswa yang mendapat giliran piket kebersihan di dalam kelas menjalankan tugasnya masing-masing. Sejumlah siswa menggunakan sapu lidi untuk membersihkan halaman. Siswa lainnya secara bergerombol membawa bak ukuran kecil dan menjejalinya dengan sampah yang mereka pungut. Tiga bak sampah roda ukuran besar didorong beberapa siswa ke arah timbunan sampah yang telah terkumpul. Timbunan sampah itu dalam waktu singkat ke dalam bak.
Tepat pukul 07.30 anak-anak berbaris di halaman. Salah seorang guru memberikan aba-aba baris berbaris. Guru lainnya membantu mengatur anak-anak merapikan barisan sesuai dengan kelas masing-masing.
Hari pertama masuk sekolah pasca lebaran. Suasana idul fitri masih terasa. Momentum itu menjadi kesempatan untuk bermaaf-maafan. Sebelum bersalam-salaman kepala sekolah menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan puasa dan hari raya. Pada kesempatan itu pula, siswa diingatkan bahwa pelaksanaan ujian sekolah dan penilaian akhir tahun akan segera dilaksanakan dalam waktu singkat.
Siswa mendengar dengan penuh perhatian. Satu dua siswa kelas 1 dan 2 tampak bercanda di barisan belakang. Mereka adalah kelompok siswa yang masih sulit berkonsentrasi dalam mendengarkan. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan metode berbicara yang menarik untuk memasung perhatian mereka.
Pidato singkat kepala sekolah diakhiri dengan bersalam-salaman antara guru dan siswa. Satu satu siswa secara bergiliran menyalami guru. Mereka berjalan membentuk lingkaran. Riuh shalawat guru dan siswa mewarnai kegiatan itu.
Kegiatan bersalam-salaman selesai. Anak-anak masuk kelas masing-masing. Sebagian melanjutkan membersihkan kelas yang belum rampung. Sebagian lagi berjalan menuju warung untuk membeli sarapan.
Memanfaatkan jeda kegiatan salam-salaman dan masuk kelas, guru-guru dan kepala sekolah duduk berkumpul di teras di depan salah satu ruang kelas. Mereka ngobrol tentang liburan, kue lebaran, atau menu berbuka puasa. Sempat pula ada yang membuka tentang sahur yang terlambat saat puasa.
Dalam obrolan itu muncul ide untuk memeriahkan kegiatan hari Pendidikan Nasional. Salah seorang guru menggagas lomba. Gagasan itu mengerucut kepada jenis lomba. Mereka sepakat untuk melakukan lomba fashion show, lari karung, dan cerdas cermat, dan lomba menggunakan pakaian adat. Pantia formal langsung dibentuk. Hadiahnya disepakati dalam bentuk alat-alat pelajaran berupa pengggaris, buku tulis, penghapus, atau ballpoint.
Pelaksanaan lomba ditetapkan setelah upacara bendera. Sebagai persiapan sekolah melakukan sosialisasi. Salah satu guru merancang pamphlet untuk digandakan. Paling tidak besok pamphlet itu dapat disebarkan. Guru kelas masing-masing juga menginformasikan kepada siswa.
Hari pertama masuk sekolah. Sebuah Langkah awal setelah libur telah dimulai. Semoga gagasan lain bermunculan, gagasan yang menumbuhkan kompetisi secara sehat pada sekolah.
Embung Kandong, 09 Mei 2022
Sabtu, 26 Maret 2022
Taman Baca (ke-30)
Rabu, 23 Maret 2022
Blog sebagai Sarana Pembelajaran (ke-29)
Jika keluarga rata-rata awam teknologi informasi, guru bisa membantu siswa dengan bertatap muka via daring atau bertemu langsung dengan para orang tua dan mengajarkannya cara membuat blog dengan etika bersosial media. Guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dapat menggunakan blog untuk mengajarkan reading dan writing. Jika speaking dapat melalui zoom atau whatsApp call. Penggunaan blog sebagai sarana pembelajaran adalah salah satu alat untuk mengajar atau belajar.
Tidak saja guru Bahasa Indonesia atau guru Bahasa Inggris, guru mata pelajaran lain juga sebaiknya melengkapi diri dengan kemampuan menulis. Karena menulis memang aktivitas mendasar dalam proses pembelajaran. Tentang media yang digunakan tergantung pada kemampuan seorang guru untuk menggunakannya. Pilihlah media yang dianggap mudah untuk meningkatkan ilmu dengan berbagi kebaikan dengan murid-murid, rekan kerja, dan banyak orang.
Lombok Timur, 23 Maret 2022
Kamis, 17 Maret 2022
Resume Mendunia (Pertemuan ke-25 BM PGRI Gelombang 23-24)
Jumat, 11 Maret 2022
Poin Buku pada Kenaikan Pangkat (pertemuan ke 24)
Kamis, 10 Maret 2022
Menulis Autobiografi (Pertemuan ke-23)
Hidup adalah rangkaian kisah
Yang saya hormati Bapak Ibu narasumber di WA grup penulis yang saya hormati Bapak Ibu beserta penulis yang luar biasa yang saya hormati yang pertama Mari kita memanjatkan rasa syukur kita kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas rahmat Hidayah kesehatan keselamatan yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga pada hari ini kita bisa menyelenggarakan pembelajaran menulis yang kedua semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Uswah Hasanah kita Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam keluarga sahabatnya pengikutnya hingga kita semua
Paragraf di atas adalah rangkaian kalimat pembuka narsum yang terekam dengan fitur voice typing. Fitur ini berfungsi menuliskan secara otomatis pesan suara melalui google document yang tersedia dalam google workspace for education yang dapat diakses melalui akun belajar.id yang diberikan secara gratis kepada satuan pendidikan di bawah naungan Kemendikbud Ristek. Kalimat pembuka tersebut tersimpan dalam file https://bit.ly/3hQYzST.
Peserta pelatihan sudah berada pada sepertiga bagian terakhir kegiatan belajar menulis. Saya melihat semangat peserta makin menyala. "Ambisi" peserta menerbitkan buku solo terus memuncak. Saya membayang kebanggaan yang menjulang menyentuh langit jika nanti peserta berhasil menggoda penerbit untuk mencetak serakan resume yang telah berubah bentuk menjadi buku.
Saya sendiri mengalami semacam kemunduran semangat sejak pertemuan ke-20. Saya selalu terlambat mengumpulkan resume pada tiga pertemuan terakhir. Kondisi ini sebenarnya disebabkan oleh beberapa pekerjaan di sekolah yang sifatnnya sangat mendesak. Di samping itu, ada juga urusan keluarga yang membuat saya harus terlibat di dalamnya.
Sebagai bagian dari kehidupan sosial, saya juga harus memperlihatkan empati atas meninggalnya salah satu warga sekaligus kerabat dekat di kampung. Tradisi tahlilan sampai sembilan malam mengharuskan saya meninggalkan meja komputer setiap kali harus berhadapan dengan jadwal pertemuan belajar menulis.
Sementara di lokasi tahlilan, kebiasaan yang berlaku sejumlah warga tidak langsung pulang. Mereka terpasung dalam obrolan dari satu topik ke topik lain sebagai bentuk takziyah untuk keluarga yang mengalami musibah. Pada titik ini, saya selalu ikut terpasung di rumah duka mengambil bagian dari obrolan itu. Saya merasa tidak nyaman untuk pulang lebih dulu. "Takut tidak dibukakan pintu", adalah seloroh pamungkas di kalangan para suami kalau melihat salah seorang di antara kami pulang duluan.
Lalu apa urgensinya menulis autobiografi? Narsum menulis,
"Cerita orang orang hebat itu menginspirasi, KH Usairon mengatakan cerita orang orang sholih itu meningkatkan iman, oleh karena itu eman rasanya kesuksesan yang Bapak Ibu raih apabila tidak ditulis dalam biografi. Agar bisa menginspirasi orang lain. Menginspirasi keluarga dan keturunan kita."
Saya memaknai penggalan materi yang disampaikan narsum di atas bahwa di balik perjalanan hidup seseorang selalu ada pengalaman yang meninggalkan jejak positif. Kehidupan dengan alur paling datar sampai hidup penuh konflik yang dialami seseorang, selalu ada kemungkinan dinamika yang dapat dijadikan pelajaran.
Hidup adalah rangkaian cerita, jalinan kisah, atau rentetan pengalaman seseorang atau sekelompok orang dalam interaksinya dengan orang lain, hubungannya dengan alam, bahkan komunikasi dengan dirinya sendiri. Tidak seorangpun lebih memahami dirinya selain dirinya sendiri. Maka penting untuk membuat lukisan tentang perjalanan hidup itu dalam sebuah kanvas autobiografi atau otobiografi.
Autobiografi adalah catatan riwayat hidup yang ditulis oleh diri tokoh sendiri. Autobiografi tidak hanya dapat ditulis oleh orang-orang tersohor atau tokoh-tokoh besar. Orang biasa pun juga dapat menuliskan autobiografinya sendiri. https://bit.ly/3vPadWG. Artinya setiap orang dapat mengisahkan dirinya sendiri jika mampu menarasikannya dengan baik.
Autobiografi secara uumum memiliki ciri yang sama dengan karya prosa pada umummnya. Ada tokoh, alur cerita, sudut pandang, latar belakang (situasi, tempat, dan waktu), konflik dan berbagai unsur sastra lainnya. Hal yang membedakannya dengan karya sastra fiksi adalah terletak pada kisah nyata perjalanan hidup, memperkenalkan tokoh, bertujuan memotivasi orang lain. Autobiagrafi bisa ditulis oleh tokoh itu sendiri atau orang lain.
Jika anda melamar suatu pekerjaan, atau dipromosikan ke jenjang pangkat yang lebih tinggi, buku biografi bisa disertakan dan itu menjadi nilai plus bagi anda. buku biografi juga sebagai syarat penting di bidang pendidikan
Tahapan dalam penyusunan autobiografi adalah 1) penentuan judul, 2) Latar belakang kelahiran, pendidikan dan pekerjaan, dan 3) Hasil Karya atau Prestasi yang dimilikinya.
Lombok Timur, 10 Maret 2022
Selasa, 08 Maret 2022
Menulis Saat Sakit (Pertemuan ke-22 BM PGRI)
Minggu, 06 Maret 2022
Belajar Menulis PGRI
Menulis, pada banyak orang, acapkali dipersepsikan sebagai kegiatan yang sulit dan dipercaya merupakan keterampilan bawaan. Persepsi ini bisa jadi setara dengan persepsi banyak orang tentang sulitnya pelajaran matematika, kimia, atau fisika. Banyak orang bisa berbicara tanpa jeda tetapi kehilangan kata-kata saat diminta menulis. Pikiran dan jemarinya kaku ketika kegiatan berbicara diganti dengan menulis.
Sebagai keterampilan bawaan, menulis dipercaya sebagai keterampilan yang melekat begitu saja tanpa proses belajar. Anggapan ini mengandaikan bahwa keterampilan menulis tidak dapat dipelajari atau dilatih. Menulis bagai sebuah kesaktian yang diwarisi seorang tokoh pendekar dalam cerita dongeng secara turun temurun tanpa latihan khusus.
Pada dasarnya, keterampilan menulis sama dengan keterampilan lainnya. Diperlukan proses belajar agar keterampilan menulis itu berkembang. Dibutuhkan latihan serius dan konsisten agar kemampuan itu dapat dicapai. Seseorang harus terus berlatih menata kata dan menyusun kalimat agar kemampuan menulisnya terasah.
Menulis memang tidak saja membutuhkan kemampuan berfikir tetapi juga kemampuan berimaginasi. Seorang penulis harus mampu menggunakan kekuatan imaginasinya dalam membuat narasi tentang pikiran dan pengalamannya.
Nurgiyantoro, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi, menjelaskan bahwa keterlibatan daya imaginasi penulis tidak saja dalam proses penulisan karya fiksi tetapi juga dalam tulisan yang mempergunakan data dan peristiwa faktual seperti surat kabar dan majalah. Imaginasi dalam pandangan Nurgiyantoro bukan semata-mata sesuatu yang bersifat khayali atau rekaan belaka. Imaginasi juga sekaligus “kemampuan mencipta”. Pada titik ini, kemampuan mencipta sesungguhnya melibatkan proses kreatif yang tentu saja membutuhkan kemampuan berfikir.
Uraian di atas merupakan sebagian kecil materi yang saya peroleh dari pelatihan belajar menulis daring asuhan Wijaya Kusuma atau Om Jay. Sebuah kelas menulis gratis melalui aplikasi Whatsapp. Mungkin banyak orang memiliki keraguan bahwa pelatihan dengan menggunakan aplikasi WA tidak efektif atau capaian tujuan tidak optimal.
20 hari pertama saya belajar banyak hal dari pelatihan tersebut. Salah satunya, keberhasilan pelatihan bukan tergantung pada kemewahan dan kecanggihan media yang digunakan. Pelatihan belajar menulis PGRI membuktikannya. Kegiatan ini telah berhasil melahirkan penulis-penulis muda. Bahkan di antara penulis itu mulai karier menulis saat usianya 55 tahun.
Apa kuncinya? Ternyata menulis itu sangat tergantung pada motivasi internal seseorang. Kemauan yang kuat, komitmen dan konsistensi, dan motivasi diri adalah kunci keberhasilan.
Dalam proses belajar itu saya bertemu dengan banyak orang dari berbagai penjuru tanah air dengan latar belakang sosial, budaya, dan agama yang beragam. Berada dalam kelas menulis itu, saya seakan berjumpa dengan orang-orang berambut keriting sampai berambut lurus atau berada dalam sebuah ruang bersama rekan-rekan tanah air dengan logat khas daerah masing-masing.
Namanya saja belajar menulis. Untuk melatih kemampuan menulis peserta harus praktek membuat tulisan. Tugas menulis yang diberikan tergolong sangat sederhana. Tugas menulis hanya terkait dengan materi pelatihan yang disampaikan setiap narasumber. Peserta pelatihan tidak dituntut untuk membuat tugas berat dengan mencari ide populer atau tema-tema yang tengah digandrungi publik. Konsep pelatihan seperti ini membuat peserta mengikuti pelathan seolah tanpa beban. Saya sendiri (mungkin juga peserta lain) merasa membuat tugas menulis seperti menulis notulensi hasil rapat. Ini sesuatu yang bagus untuk meletakkan pondasi kemampuan menulis.
Peserta menikmati pelatihan karena diberikan kebebasan untuk membuat tugas resume dengan gaya penulisan masing-masing peserta. Peserta juga diberikan kebebasan mengembangkan materi resume dengan sumber tulisan selain materi dari narasumber, baik yang bersumber dari informasi tercetak maupun sumber informasi digital dengan cara googling. Ketika dunia pemdidikan dijejali pikiran dengan konsep merdeka belajar, proses belajar menulis PGRI telah melakukannya dengan sangat baik.
Peserta juga tidak dituntut membuat tulisan dengan menggunakan prosedur penulisan baku. Peserta tidak harus mulai dengan menentukan topik atau tema tertentu, lalu membuat kerangka tulisan, dan mengembangkan kerangka itu menjadi tulisan utuh. Tidak. Peserta hanya membuat resume materi pelatihan pada setiap pertemuan. Sesederhana itu.
Satu hal yang luar biasa adalah sikap saling memotivasi antar peserta. Sikap ini terlihat dari tanggapan tulisan antar sesama peserta. Tidak saja motivasi antar sesama peserta, narsum juga meluangkan waktu membaca tulisan peserta dan memberikan tanggapan terhadap tulisan tersebut.
Rerata narsum yang dihadirkan merupakan orang-orang yang berpengalaman dalam dunia tulis menulis, penerbitan naskah, sampai pendistribusian hasil karya yang telah diterbitkan. Uniknya lagi sebagian narasumber ternyata alumni belajar menulis tersebut. Kelompok narsum terakhir ini bahkan telah berhasil menerbitkan buku. Luar biasa.
Akhirnya saya hanya bisa menulis tanpa karya yang layak diterbitkan.
Lombok Timur, 06 Maret 2022
Sabtu, 05 Maret 2022
Penulis Buku Mayor (Pertemuan ke-21 BM PGRI)
"...teknologi informasi berkembang pesat seperti sekarang ini; orang hanya mengenal penerbit Mayor dan penerbit Minor, masing-masing punya pendapat masing-masing apa yang membedakan penerbit mayor dan penerbit minor. Namun semua pendapat itu merujuk pada satu kesimpulan yang pasti yaitu Jumlah terbitan buku pertahun penerbit mayor jauh lebih banyak dibanding penerbit minor. berapa jumlahnya? masing-masing punya pendapat sendiri."
Demikian narasi pembuka materi pelatihan yang disampaikan Pak Mumpuni, sesaat setelah moderator mempersilakannya mulai mengambil-alih jalannya pelatihan. Ribuan penerbit di Indonesia, menurut narsum, hanya sedikit yang dapat menyandang penerbit mayor. Penerbit Andi merupakan salah satu dari sedikit penerbit mayor itu.
Persepsi penulis tentang penerbit mayor jauh lebih bergengsi dan membanggakan tinimbang penerbit minor atau penerbit indie. Persepsi ini muncul karena naskah karyanya akan dikelola lebih profesional. Penerbit mayor secara umum memiliki fasilitas penerbitan yang lebih baik, mempunyai modal yang lebih besar, percetakan, dan sumber daya manusia dengan jangkauan pemasaran yang lebih luas.
Namun demikian, hasil karya seorang penulis tidak bisa dengan mudah dapat diterbitkan pada penerbit mayor. Hasil karya yang dapat diterbitkan harus melalui seleksi yang ketat. Penulis harus bersaing dengan sejumlah besar penulis lain untuk menjadi pemenang sehingga karyanya dapat diterbitkan. Penerbit ANDI, misalnya, harus melakukan seleksi tulisan antara 300 sd 500 naskah. Dari semua tulisan tersebut, hanya 50 sd 60 judul saja yang bisa masuk mesin cetak. Sisanya dikembalikan kepada penulis atau ditolak. Hal ini membuat penulis memilih alternatif lain dengan menggunakan jasa penerbit indie.
Kepada peserta, narsum memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi diri tentang kondisi psikologis masing-masing terhadap level kepercayaan diri untuk menawarkan karyanya terhadap penerbit mayor.
Narsum mencoba mempersuasi peserta dengan menulis, "saya yakin semua sudah ada di lavel paling atas... hanya kurang PD atau kurang nekad aja sehingga karyanya nggak muncul muncul."
Penerbitan adalah badan usaha yang berorientasi profit dengan melibatkan banyak pihak yang semuanya penting. Narsum memberikan gambaran melalui skema tentang posisi penerbit sebagai berikut.
Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai
Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...

-
Dua perempuan cantik memperlihatkan kesan ramah menghiasi poster pengumuman jadwal pertemuan ke-6 Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 23-2...
-
Musik pop lawas era 80-an tanpa syair menggenapkan gerimis yang menerpa lembut kota Bandung siang ini, Kamis, 14/07/2022. Suhu dingin yang m...
-
Bagai gemerincing gelang kaki penari dalam film Bollywood, suara notifikasi pesan WA dari smartphone membangunkan saya tadi siang menjelang ...
-
Ketika flyer pertemuan ke-10 tadi sore dishare dalam WAG BM 24, Upin dan Ipin tengah minta dibelikan mobil remote oleh opah, Film animasi...
-
Malam ini kesadaran utama saya terbelah menjadi tiga bagian penting. Pertama , saya harus menyelesaikan tugas diklat Perencanaan Berbaisis D...
-
Tidak seperti kemarin, sore tadi cuaca bersahabat. Dari atas gerak maju kuda besi tua yang terguncang-guncang pada permukaan aspal yang mu...
-
Waktu terus berlalu. Bumi masih tetap melakukan kerja rotasinya untuk membuat pergantian siang dan malam. Planet paling memungkinkan untuk b...
-
Waktu sekolah telah usai. Anak-anak sudah pulang ke rumah masing-masing. Pun para guru dan pegawai. Saya sendiri masih di sekolah, terpasung...
-
Semalam saya mengikuti pertemuan virtual Opening Ceremony Kelas Menulis Gelombang 23 dan 24 di bawah asuhan orang-orang yang tidak saya kena...
-
13/07/2022, Rombongan kepala sekolah yang terdiri dari TK/paud, SD, dan SMP Kabupaten Lombok Timur bergerak menuju Jakarta dan Bandung untuk...