Kamis, 10 Februari 2022

Karya Fiksi dalam Pertemuan ke-11 BM PGRI 23-24


Malam ini kesadaran utama saya terbelah menjadi tiga bagian penting. Pertama, saya harus menyelesaikan tugas diklat Perencanaan Berbaisis Data dan Pemanfataan Sumber Daya Sekolah yang diselenggarakan oleh P4TK Kemdikbud Ristek secara daring. Ke dua, menyelesaikan laporan hasil rapat perubahan pengurus sebuah yayasan di kampung saya. Ke tiga, mengikuti irama musik yang dimainkan Narasumber dan Moderator Kegiatan Belajar menulis yang hari ini, tangga 09 Februari 2022 telah sampai pada titik ke-11.

Sejak pagi saya dirundung tugas-tugas tidak berat tetapi tugas-tugas itu berjubel membentuk antrean panjang. Saya melihat diri saya sebagai sebuah mesin yang termangu di gerbang area parkir yang menunggu kedatangan pengendara dan secara bergantian menyentuh mesin itu untuk mendapatkan tiket parkir.

Akan tetapi, saya menikmati situasi hari ini. Jika orang-orang memililiki kersempatan bertualang dari satu tempat ke tempat lain, Hari saya berkesempatan melakukan petualangan pikiran. Sejak pagi saya ditantang untuk meretas gagasan-gagasan baru bagaimana membuat analisis data kualitatif dan kuantitatif sebagai basis utama perencanaan program sekolah. Sore hingga malam, saya dihadapkan pada petualangan kesadaran untuk mendeskripiskan laporan kegiatan rapat perubahan pengurus yayasan. Malam ini saya harus menerima tantangan menuangkan ide dan pikiran dalam resume pertemuan ke-11 Belajar Menulis gelombang 23-24. Apa boleh buat. "Saya pantang mundur". Biarlah pembaca budiman menangkap kesan jumawa dengan statement dalam tanda kutip ini.

"Kiat menulis Fiksi" adalah tema pelatihan ke-11 malam ini. Moderatornya Bu Helwiyah. Narasumbernya Sudomo, S.Pt.  Namanya tidak saja membentang pada flyer pelatihan ke-11. Moderator juga memperkenalkan narsum di awal peremuan sebagaimana ritual ketika pelatihan dimulai. Melihat kualifikasi pendidikannya, seharusnya Pak Sudomo menjadi bos ternak atau paling tidak bekerja pada bidang peternakan.

Tidak ada tampilan riwayat hidup dan perjalanan karir narsum pada CV yang dibagikan moderator secara detail. Akan tetapi, jika saya boleh beropini, Pak Sudomo adalah satu dari banyak penulis yang "tersesat di jalan yang benar". Artinya, kalau melihat latar belakang pendidikannya, disiplin ilmunya tidak bersentuhan secara langsung dalam dunia tulis. Fakta tentang Pak Sudomo membenarkan pernyataan salah seorang narsum sebelumnya bahwa banyak penulis dengan latar belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak bersinggungan dengan tulis-menulis. Pak Sudomo ternyata "terperosok" ke dalam dunia itu. Rupanya Pak Sudomo lebih tertarik pada pena tinimbang miara ayam atau kambing.


 
Mengapa guru perlu memiliki kemampuan menulis fiksi? Pertanyaan ini tentu saja memantik rasa ingin tahu peserta. Katanya, "Salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah Literasi Teks Fiksi. Dengan belajar menulis fiksi, tentu seorang guru akan lebih mudah membuat soal latihan AKM bagi murid-muridnya."

Saya sepakat dengan argumen tersebut. Bagaimana guru bisa membangun kemampuan literasi pada diri siswa kalau guru tidak memiliki dasar literasi yang kuat.

Argumen lain yang sampaikan narsum tentang pentingnya menulis adalah bahwa menulis (fiksi khususnya) dapat dijadikan media untuk menutup luka. Kalau dikaitkan dengan teori karya sastra, karya fiksi biasanya bersumber dari keresahan penulis terhadap realitas kehidupan diri maupun kehidupan sosial sehari-hari. Saya sendiri bukan penulis mapan dan belum memiliki karya yang dapat diterbitkan. Akan tetapi, saya seringkali menuliskan postingan di beranda FB salah satunya ketika saya dirundung kegelisahan ketika berhadapan dengan hal-hal yang tidak memuaskan saya. https://bit.ly/3gx5EHJ

Pada saat yang sama, "cerita fiksi merupakan media pembelajaran alternatif yang menyenangkan bagi murid terutama menyangkut pengembangan karakter dan materi pengayaan." Alasan lainya, "menulis fiksi bisa menjadi tambahan poin dan koin, terutama jika dikumpulkan menjadi sebuah buku."

Hampir sama dengan karya tulis non fiksi. Pak Sudomo membeberkan persyaratan menulis karya fiksi. Aspek paling utama adalah komitmen dan niat kuat, diperlukan riset terkait menyangkut latar tempat. Latar tempat dalam pikiran saya mungin juga menyangkut kehidupan sosial dimana tokoh yang akan memainkan peran dalam karya. Pada akhirnya, banyak membaca menjadi pendukung utama ketika seseorang ingin menjadi penulis. Bahan bacaannya tentu saja tentang cerita fiksi karya penulis lain. 

Di samping itu penulis harus memiliki karakter tulisan. Hal ini terkait dengan gaya bahasa. Gaya bahasa itu menjadi penting karena bisa menjadi identitas tersirat seorang penulis. Misalnya saat membaca karya Ahmad Tohari dan Mukhtar Lubis, seseorang akan menemukan gaya bahasa yang berbeda pada dua penulis itu. Logikanya semakin banyak membaca, semakin banyak perbendaharan kata dan semakin baik penataan diksi dalam tulisan. Terakhir penulis harus memahami dasar-dasar karya fiksi.

Dua materi lainnya dalam pertemuan ke-11 menyangkut unsur-unsur pembangun cerita fiksi dan cara-cara menulis cerita fiksi.

Ritual terakhir dari pertemuan ke-10 adalah tanya jawab. Saya tidak kuat membaca dialog peserta dan nara sumber. Energi saya seharian sudah terkuras pada tiga hal sebagaimana saya sampaikan di awal resume. Saya hanya mampu bertahan menatap layar desktop sekitar 45 menit untuk menghasilkan resume ini. Bokong saya terlampau penat membebani kursi hidrolik tempat saya biasa menghabiskan waktu.

11 komentar:

  1. Maaf, skrg pertemuan 11 pak, bukan 10. Itu di awal pemaparan sptnya perlu diedit. Keren, Bapak hebat. Multitasking.

    BalasHapus
  2. Tersesat di jalan yang benar...asyik itu, Pak. Salam literasi.

    BalasHapus
  3. ayo belajar membuat cerita fiksi pada pakarnya

    BalasHapus
  4. Keren pak.. Dalam kesibukan bapak dan Melihat tulisan ini saya teringat motivasi salah seorang narasumber "luangkan waktu untuk menulis, bukan waktu luang untuk menulis" ..

    BalasHapus

Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai

Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...