Rabu, 16 Februari 2022

Menulis Buku Perpusnas (Pertemuan ke-14)

 


Tidak seperti kemarin, sore tadi cuaca bersahabat. Dari atas gerak maju kuda besi tua yang terguncang-guncang pada permukaan aspal yang mulai koyak, bersama si kecil Bungsu, saya menikmati hamparan hijau persawahan dalam sapuan lembut tiupan angin. Tipis awan putih terserak memahat angkasa raya. Segala rasa tentang keagungan sang Khaliq terbang melesat di bawah lengkung langit yang cerah. Secerah senyum Nara sumber, Dr. Mudafiatun Isriyah, dan Moderatur, Widya Setyaningsih yang terpampang pada flyer informasi pertemuan ke-14 malam ini. Ada kesan optimisme menjulang pada senyum itu.

Cerah masih bertahan hingga malam. Sebagaimana ritual pertemuan sebelumnya, moderatur, setelah mengunci WAG agar peserta fokus pada proses pelatihan, Moderator membuka kegiatan dengan memberikan informasi tentang susunan acara dan profil narsum. 

Adalah Ibu Dr. Mudafiatun Isriyah, seorang dosen dan penulis terbaik Perpusnas. Membaca CV-nya diperlukan kekuatan kognisi untuk mengingat bentang panjang perjalanan karier dan prestasi narsum. CV-nya sudah menimbun keraguan peserta jauh ke dalam bumi paling inti tentang kepakarannya dalam dunia literasi.

Setelah moderator memberikan kesempatan untuk menyampaikan materi, narsum menawarkan judul "Menulis itu Indah" pada pelatihan ke-14. Saya menduga narsum mencoba menjinakkan peserta dengan judul itu. Barangkali beliau berasumsi bahwa judul "Menulis Buku Terbaik Perpusnas" memuat beban psikologis pada peserta. Adanya diksi Purpusnas dapat membuat gagap karena ada semacam tantangan berat untuk menghasilkan tulisan yang dapat ditampung lembaga literasi paling bergengsi di negeri ini. Dengan judul "Menulis itu Indah" bisa jadi beliau ingin meringankan beban psikologis itu. Sekali lagi ini hanya dugaan saya.

Narsum memulai masuk ke materi dengan kalimat,
"menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa, tetapi tidak
semua orang terampil berbahasa dapat menulis dengan baik. Menulis
memang tidak mudah, tetapi jangan Anda bayangkan bahwa menulis adalah
kegiatan yang sangat sulit dan jangan pula Anda pernah berpendapat bahwa
menulis sangat erat kaitannya dengan bakat."

Saat belajar bahasa waktu kuliah dulu saya juga mendapati pengertian yang sama dengan konsep yang disampaikan narsum. Menulis merupakan salah satu dari 4 (empat) kegiatan berbahasa setelah mendengar, berbicara, dan membaca. Dalam batasan tertentu menulis memiliki kesejajaran dengan berbicara. Keduanya sama-sama menyampaikan informasi. 

Hanya saja kegiatan menulis dianggap sebagai kegiatan yang lebih berat dan lebih sulit tinimbang berbicara. Semua orang bisa menuangkan ide secara lisan tetapi tidak semua orang mampu menyampaikan infromasi secara tertulis dengan baik. Di samping itu, perbedaan keduanya terletak pada perbedaan fase pemelorehan. Jika berbicara mulai dilatih sejak seseorang dilahirkan, menulis mulai dialami seseorang biasanya ketika memasuki bangku sekolah.

Guru sebagai agen paling utama dalam pembelajaran, menurut narsum, mau tidak mau secara nsicaya harus memiliki kemampuan menulis. Tulisan itu paling tidak sebuah karangan pendek. Lagi-lagi saya harus mengamini narsum. Menulis sebagai keterampilan yang harus dikembangkan sejak dini, Seyogyanya keterampilan menulis harus dikuasai guru sebagai keterampilan yang harus diajarkan kepada siswa. Bagaimana mungkin pembelajaran menulis dapat berlangsung jikalau guru tidak memiliki kompetensi berbahasa itu?

Rupanya narsum benar-benar hendak menguji kesesriusan peserta dalam belajar menulis. Beliau memberikan tantangan menulis dengan menjawab pertanyaan tentang konsep menulis dan beberapa aspek yang berhubungan dengannya. 

Pertanyaan itu adalah, 1) menjelaskan pengertian menulis; 2) menguraikan manfaat menulis; 3) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keengganan seseorang dalam menulis; 4) menerangkan mitos-mitos dalam menulis, 5) menemukan hubungan menulis dengan berbagai aspek keterampilan berbahasa lainnya; 6) menjelaskan pengertian menulis sebagai proses; serta 7) menjabarkan setiap fase dalam proses menulis.

Untuk pertanyaan ke-1, dalam pemahaman saya menulis merupakan upaya menyampaikan informasi kepada orang lain dengan menggunakan lambang bahasa. Kegiatan menulis dapat juga diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. Ide atau gagasan itu bisa berupa pikiran, perasaaan, atau pengalaman hidup sehari-hari.

Lalu apa manfaat menulis? (pertanyaan ke-2). Untuk menjawab pertanyaan ini jawaban setiap orang akan sangat beragam. Jika Tuan dan Nyonya melakukan googling, akan ditemukan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan, 6, manfaat, 7 manfaat, 10, manfaat, bahkan 11  manfaat. Akan tetapi kesluruhan jawaban itu dapat dipadatkan dalam beberapa manfaat sebagai berikut.

Pertama. Meningkatkan Kreativitas dan kemampuan imaginer. Menulis akan membuat seseorang melakukan petualangan intelektual dan perasaan untuk mengolah kemampuan berfikir yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tidaklah salah jika dalam ilmu linguistik, kegiatan berbahasa disejajarkan dengan kegiatan berfikir.

Pertanyaan ke-3, tentang faktor keengganan seseorang untuk menulis. Rasa malas merupakan faktor utama. Jika seseorang sudah dibelit kemalasan, jangankan menulis beringsut dari tempat duduk saja sulit. Faktor lainnya tidak memiliki ide tetapi hambatan ini cenderung salah karena ide menulis itu ada di mana-mana. Ada juga yang beralasan tidak punya waktu. Penulis-penulis besar, seperti Buya Hamka atau Mochtar Kusumaatmadja merupakan orang-orang yang sangat sibuk dibanding peserta di ruang BM 24. Akan tetapi mereka memiliki waktu senggang untuk menuangkan ide, pikiran, dan perasaan mereka secara tertulis. Hambatan lainnya adalah tidak menguasai topik. Ini sesungguhnya berawal dari kemalasan pikiran untuk membaca fenomena lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya sehingga mengalami kebingungan untuk menulis harus bermula dari titik yang mana.

Ada mitos dalam menulis (pertanyaan ke-4). Mitos paling banyak berkembang adalah bakat. Seseorang dianggap dapat menulis karena memang sudah menjadi bakat sejak kecil. Padahal setiap orang memiliki potensi yang sama. 

Mitos lainya, penulis harus menunggu inspirasi untuk bisa menulis dengan baik. Dia harus menyepi atau menunggu ilham. Padahal menurut, Narsum sebelumnya, segala sesuatu dapat dijadikan obyek tulisan. Menulis sebagai sesuatu yang berat juga termasuk mitos. Inilah beberapa mitos yang dapat saya uraikan.

Pertanyaan ke-5. Hubungan menulis dengan berbagai aspek keterampilan berbahasa lainnya. Menulis dan membaca memang dua keterampilan yang berada pada ranah yang berbeda. Menulis meurpakan kegiatan menyampaikan infromasi sedangkan membaca merupakan kegiatan menerima informasi. Akan tetapi, kedua ketrampilan itu jelas memiliki hubungan tak terpisahkan. Seseorang dapat menguasai keterampilan menulis apabila memiliki kemampuan membaca. Membaca adalah upaya memahami lambang bahasa yang tertera dalam tulisan. Oleh karena itu diperlukan keterampilan menangkap makna lambang itu untuk dituangkan lagi dalam bentuk lambang atau dalam bentuk tulisan.

Hubungan menulis dengan berbicara juga sangat jelas. Dengan mengabaikan faktor kelainan berupa tuna wicara, kemampuan menulis juga berhubungan erat dengan berbicara. Ketika berhadapan dengan pembaca malas, penulis harus mengkomunikasikan isi tulisannya secara lisan.

Hubungan menulis dan mendengar juga tidak terpisahkan. Seorang penulis harus memiliki kemampuan mendengar (baca: memahami) informasi dari nara sumber sebagai informan tertentu. Penulis harus melakukan wawancara dan dialog untuk mendapatkan informasi dengan orang lain sebelum infromasi itu dituangkan dalam tulisan. Disinilah hubungan menulis dan mendengar menjadi dua kegiatan yang berkaitan.

Pertanyaan ke-6, menjelaskan pengertian menulis sebagai proses. Pada paragraf sebelumnya dalam tulisan ini, keterampilan menulis seringkali disejajarkan dengan kemampuan berfikir. Ketika seseorang menuangkan ide secara tertulis, keterlibatan paling mendasar adalah pikiran atau proses berfikir. Sebuah tulisan tidak saja bersumber dari pengamatan atau pengalaman sehari-hari tetapi juga merupakan hasil dari proses permenungan, proses kontemplasi yang melibatkan proses berfikir dalam mengorganisir hasil pengalaman itu.

Pertanyaan ke-7, menjabarkan setiap fase dalam proses menulis. Fase awal dalam menulis adalah prapenulisn. Pada fasei ini, penulis mulai dengan menentukan ide atau gagasan besarnya. Misalnya, tentang Covid-19. Seorang penulis yang berlatarbelakang pendidik tentu akan membawa ide covid-19 itu ke dalam sebuah topik yang berhubungan dengan pembelajaran. Selanjutnya penulis melakukan penentuan sasaran pembaca. Lalu diikuti dengan pengumpulan informasi yang akan dijadikan sumber tulisan. Penulis kemudian mengorganisasikan infromasi tersebut. Dapat juga melakukan design atau membuat rancangan atau kerangka tulisan.

Fase penulisan adalah fase berikutnya. Pada fase ini penulis menentukan seberapa luas dan dalam cakupan tulisan yang akan dibuat. Penulis melakukan pengembangan ide berdasarkan infromasi yang telah berhasil dikumpulkan pada tahap prapenulisan. Di sinilah proses berfikir itu berkerja dengan maksimal.

Fase pascapenulisan. Jika tulisan telah selesai penulis memasuki fase terakhir yaitu pascapenulisan. Pada langkah ini, penulis melakukan penyempurnaan tulisan yang terkait dengan ejaan, tanda baca, dan perbaikan salah ketik. Pada tahap ini penulis melakukan penyuntingan dan proofreading sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

Rabu, 26 Februari 2021

Referensi : 12

15 komentar:

  1. paket komplit pak,aenak bacanya ,mantap jiwa

    BalasHapus
  2. Tulisannya tapi dengan tampilan yg cerah, tiap paragraf tidak panjang jadi dibaca tidak bikin bidan. Lengkap informasinya
    Sukses pak πŸ‘

    BalasHapus
  3. Ini yang dimaksud mengandung novelty...iya baru kepikiran ya Pak, menulis itu indah...beneran jadi peluru psikologis yang membuat kita jadi nyaman utk menulis....keren banget Pak.

    BalasHapus
  4. Luar biasa pak tulisan yang memukau, suka banget bacanya sampai saya ulang2

    BalasHapus
  5. Keren banget resumenya πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  6. Suguhan resume yang berbeda dari lainnya, penuh dengan perspektif..Mantul pak

    BalasHapus
  7. Parafrasenya keren Pak. Luar biasa.

    BalasHapus
  8. Kereeennn mantap komplitπŸ‘

    BalasHapus
  9. Kereeen dan mantul pakπŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus

Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai

Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...