Jumat, 25 Februari 2022
Penerbit Indie Sebagai Alternatif Penerbitan (Pertemuan ke-18 BM 23-24)
Rabu, 23 Februari 2022
Penerbit Indie (Pertemuan ke-17)
"Apa alasan seseorang menulis buku sebutkan 4 saja"
Peserta yang menjawab paling logis akan diberikan hadiah. Pertanyaan dan kompensasi yang ditawarkan narsum tentu saja membuat peserta berebut menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah berhasil menggoda peserta Cak Inin mengajak peserta memasuki materi inti. Cak Inin menulis,
"Pada zaman melinial ini semua org bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yg kita bayangkan. Apalagi sbg seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki byk kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu kita tulis dan terbitkan buku menjadi yg bermanfaat bg orang lain/ pembaca.
Uintuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.
Berbicara motivasi, ada banyak kata-kata agar kamu terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya."
Senin, 21 Februari 2022
Menyusun Buku secara Sistematis (Pertemuan ke-16 BM Gelombang 23-24)
Jumat, 18 Februari 2022
Buku Nonfiksi (Pertemuan ke-15)
"Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak.Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian."
Tanpa bermaksud mengerdilkan semangat peserta, Bu Iin menyampaikan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit. Diperlukan komitmen berlatih untuk sampai pada perspektif bahwa menulis itu indah. Diperlukan keseriusan dan kontunuitas belajar dari waktu ke waktu untuk sampai pada mental CINTA MENULIS.
Harus ada alasan yang kuat dan benar-benar menjadi motivasi seseorang untuk menulis. Narsum sendiri memilih menulis dengan alasan ingin mewariskan ilmu lewat buku, sekaligus ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline, dan mengembangkan profesi sebagai guru.
Kembali narsum mengutip pernyataan penulis terkenal Pramudya Ananta Toer.
Rabu, 16 Februari 2022
Menulis Buku Perpusnas (Pertemuan ke-14)
"menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa, tetapi tidaksemua orang terampil berbahasa dapat menulis dengan baik. Menulismemang tidak mudah, tetapi jangan Anda bayangkan bahwa menulis adalahkegiatan yang sangat sulit dan jangan pula Anda pernah berpendapat bahwamenulis sangat erat kaitannya dengan bakat."
Saat belajar bahasa waktu kuliah dulu saya juga mendapati pengertian yang sama dengan konsep yang disampaikan narsum. Menulis merupakan salah satu dari 4 (empat) kegiatan berbahasa setelah mendengar, berbicara, dan membaca. Dalam batasan tertentu menulis memiliki kesejajaran dengan berbicara. Keduanya sama-sama menyampaikan informasi.
Hanya saja kegiatan menulis dianggap sebagai kegiatan yang lebih berat dan lebih sulit tinimbang berbicara. Semua orang bisa menuangkan ide secara lisan tetapi tidak semua orang mampu menyampaikan infromasi secara tertulis dengan baik. Di samping itu, perbedaan keduanya terletak pada perbedaan fase pemelorehan. Jika berbicara mulai dilatih sejak seseorang dilahirkan, menulis mulai dialami seseorang biasanya ketika memasuki bangku sekolah.
Guru sebagai agen paling utama dalam pembelajaran, menurut narsum, mau tidak mau secara nsicaya harus memiliki kemampuan menulis. Tulisan itu paling tidak sebuah karangan pendek. Lagi-lagi saya harus mengamini narsum. Menulis sebagai keterampilan yang harus dikembangkan sejak dini, Seyogyanya keterampilan menulis harus dikuasai guru sebagai keterampilan yang harus diajarkan kepada siswa. Bagaimana mungkin pembelajaran menulis dapat berlangsung jikalau guru tidak memiliki kompetensi berbahasa itu?
Rupanya narsum benar-benar hendak menguji kesesriusan peserta dalam belajar menulis. Beliau memberikan tantangan menulis dengan menjawab pertanyaan tentang konsep menulis dan beberapa aspek yang berhubungan dengannya.
Pertanyaan itu adalah, 1) menjelaskan pengertian menulis; 2) menguraikan manfaat menulis; 3) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keengganan seseorang dalam menulis; 4) menerangkan mitos-mitos dalam menulis, 5) menemukan hubungan menulis dengan berbagai aspek keterampilan berbahasa lainnya; 6) menjelaskan pengertian menulis sebagai proses; serta 7) menjabarkan setiap fase dalam proses menulis.
Untuk pertanyaan ke-1, dalam pemahaman saya menulis merupakan upaya menyampaikan informasi kepada orang lain dengan menggunakan lambang bahasa. Kegiatan menulis dapat juga diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. Ide atau gagasan itu bisa berupa pikiran, perasaaan, atau pengalaman hidup sehari-hari.
Lalu apa manfaat menulis? (pertanyaan ke-2). Untuk menjawab pertanyaan ini jawaban setiap orang akan sangat beragam. Jika Tuan dan Nyonya melakukan googling, akan ditemukan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan, 6, manfaat, 7 manfaat, 10, manfaat, bahkan 11 manfaat. Akan tetapi kesluruhan jawaban itu dapat dipadatkan dalam beberapa manfaat sebagai berikut.
Pertama. Meningkatkan Kreativitas dan kemampuan imaginer. Menulis akan membuat seseorang melakukan petualangan intelektual dan perasaan untuk mengolah kemampuan berfikir yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tidaklah salah jika dalam ilmu linguistik, kegiatan berbahasa disejajarkan dengan kegiatan berfikir.
Pertanyaan ke-3, tentang faktor keengganan seseorang untuk menulis. Rasa malas merupakan faktor utama. Jika seseorang sudah dibelit kemalasan, jangankan menulis beringsut dari tempat duduk saja sulit. Faktor lainnya tidak memiliki ide tetapi hambatan ini cenderung salah karena ide menulis itu ada di mana-mana. Ada juga yang beralasan tidak punya waktu. Penulis-penulis besar, seperti Buya Hamka atau Mochtar Kusumaatmadja merupakan orang-orang yang sangat sibuk dibanding peserta di ruang BM 24. Akan tetapi mereka memiliki waktu senggang untuk menuangkan ide, pikiran, dan perasaan mereka secara tertulis. Hambatan lainnya adalah tidak menguasai topik. Ini sesungguhnya berawal dari kemalasan pikiran untuk membaca fenomena lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya sehingga mengalami kebingungan untuk menulis harus bermula dari titik yang mana.
Ada mitos dalam menulis (pertanyaan ke-4). Mitos paling banyak berkembang adalah bakat. Seseorang dianggap dapat menulis karena memang sudah menjadi bakat sejak kecil. Padahal setiap orang memiliki potensi yang sama.
Mitos lainya, penulis harus menunggu inspirasi untuk bisa menulis dengan baik. Dia harus menyepi atau menunggu ilham. Padahal menurut, Narsum sebelumnya, segala sesuatu dapat dijadikan obyek tulisan. Menulis sebagai sesuatu yang berat juga termasuk mitos. Inilah beberapa mitos yang dapat saya uraikan.
Pertanyaan ke-5. Hubungan menulis dengan berbagai aspek keterampilan berbahasa lainnya. Menulis dan membaca memang dua keterampilan yang berada pada ranah yang berbeda. Menulis meurpakan kegiatan menyampaikan infromasi sedangkan membaca merupakan kegiatan menerima informasi. Akan tetapi, kedua ketrampilan itu jelas memiliki hubungan tak terpisahkan. Seseorang dapat menguasai keterampilan menulis apabila memiliki kemampuan membaca. Membaca adalah upaya memahami lambang bahasa yang tertera dalam tulisan. Oleh karena itu diperlukan keterampilan menangkap makna lambang itu untuk dituangkan lagi dalam bentuk lambang atau dalam bentuk tulisan.
Hubungan menulis dengan berbicara juga sangat jelas. Dengan mengabaikan faktor kelainan berupa tuna wicara, kemampuan menulis juga berhubungan erat dengan berbicara. Ketika berhadapan dengan pembaca malas, penulis harus mengkomunikasikan isi tulisannya secara lisan.
Hubungan menulis dan mendengar juga tidak terpisahkan. Seorang penulis harus memiliki kemampuan mendengar (baca: memahami) informasi dari nara sumber sebagai informan tertentu. Penulis harus melakukan wawancara dan dialog untuk mendapatkan informasi dengan orang lain sebelum infromasi itu dituangkan dalam tulisan. Disinilah hubungan menulis dan mendengar menjadi dua kegiatan yang berkaitan.
Pertanyaan ke-6, menjelaskan pengertian menulis sebagai proses. Pada paragraf sebelumnya dalam tulisan ini, keterampilan menulis seringkali disejajarkan dengan kemampuan berfikir. Ketika seseorang menuangkan ide secara tertulis, keterlibatan paling mendasar adalah pikiran atau proses berfikir. Sebuah tulisan tidak saja bersumber dari pengamatan atau pengalaman sehari-hari tetapi juga merupakan hasil dari proses permenungan, proses kontemplasi yang melibatkan proses berfikir dalam mengorganisir hasil pengalaman itu.
Pertanyaan ke-7, menjabarkan setiap fase dalam proses menulis. Fase awal dalam menulis adalah prapenulisn. Pada fasei ini, penulis mulai dengan menentukan ide atau gagasan besarnya. Misalnya, tentang Covid-19. Seorang penulis yang berlatarbelakang pendidik tentu akan membawa ide covid-19 itu ke dalam sebuah topik yang berhubungan dengan pembelajaran. Selanjutnya penulis melakukan penentuan sasaran pembaca. Lalu diikuti dengan pengumpulan informasi yang akan dijadikan sumber tulisan. Penulis kemudian mengorganisasikan infromasi tersebut. Dapat juga melakukan design atau membuat rancangan atau kerangka tulisan.
Fase penulisan adalah fase berikutnya. Pada fase ini penulis menentukan seberapa luas dan dalam cakupan tulisan yang akan dibuat. Penulis melakukan pengembangan ide berdasarkan infromasi yang telah berhasil dikumpulkan pada tahap prapenulisan. Di sinilah proses berfikir itu berkerja dengan maksimal.
Fase pascapenulisan. Jika tulisan telah selesai penulis memasuki fase terakhir yaitu pascapenulisan. Pada langkah ini, penulis melakukan penyempurnaan tulisan yang terkait dengan ejaan, tanda baca, dan perbaikan salah ketik. Pada tahap ini penulis melakukan penyuntingan dan proofreading sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
Rabu, 26 Februari 2021
Selasa, 15 Februari 2022
Proofreading sebelum menerbitkan Tulisan; Pertemuan ke-13 BM gelombang 23-24
"Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya"
"...dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan.
Jika ada yang menghubungkannya dengan pengertian editing, keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.
Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami. Secara sederhana tugas seorang proofreader adalah mengubah sebuah teks atau tulisan agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca atau orang banyak. Satu hal yang patut dicatat adalah seorang proofreader harus mampu mempertahankan substansi tulisan secara utuh.
Minggu, 13 Februari 2022
Terima Kasih Om Jay
Belajar menulis saja dapat hadiah
"Halo! Ini adalah kurir Anda dari Ninja Xpress! Saya akan segera mengirimkan paket Anda NVIDPANDI000000186. Siapkan uang tunai sejumlah Rp 0,-. Terima kasih." Demikian pesan masuk via WA ke smartphone saya hari ini. Pesan itu kemudian disusul panggilan masuk yang mengabarkan tentang hal yang sama. Saya sempat bingung dengan kiriman barang yang ditujukan kepada saya karena sebelumnya sayang tidak pernah membeli barang.
Akan tetapi ingatan saya segera pulih saat kesadaran saya dibawa kepada tantangan Pak Wijaya Kusuma atau Om Jay untuk membuat tulisan di blog tentang acara Nguping (Ngobrol Urusan Penting). Nguping merupakan acara diskusi yang membahas tentang isu pendidikan yang tengah berkembang. Saat itu Nguping merupakan pertemuan ke 2 yang diselenggarakan dengan moda daring.
Saya merasa harus menjawab tantangan Om Jay sebatas kemampuan saya. Saya tidak sempat mengikuti acara Nguping tersebut karena perbedaan waktu. NGUPING-nya di daerah WIB dan saya di daerah WITA. Untung kegiatan itu ditautkan dengan chanel Youtube PANDI Indonesia. Dari chanel inilah saya menonton acara NGUPING-2 secara asinkronus.
Saya tidak dapat mencatat materi NGUPING secara utuh. Sambil menonton acaranya saya menuliskan catatan kecil tentang materi acara tersebut. Hasil catatan itu kemudian saya tuangkan dalam tulisan dalam blog saya. Tidak banyak yang bisa saya tuliskan. Hanya 8 (delapan) paragraf dengan susunan beberapa kalimat/paragraf.
Link tulisan itu kemudian saya kirimkan kepada Om Jay. Hal yang luar biasa adalah respon cepat beliau yang meminta alamat saya untuk megirimkan surprize atas tulisan sederhana.
Sikap Om Jay itu membawa saya kepada sebuah perenungan bahwa pejuang literasi itu tidak sekadar menyuruh orang membaca dan menulis. Mereka, para pejuang literasi, sekaligus menjadi teladan literasi. Pejuang literasi adalah pembaca sejati tanpa memilih bacaan. Pejuang literasi adalah orang hebat yang senantiasa memberikan motivasi dengan bersedia meluangkan waktu membaca tulisan orang lain. Pejuang literasi tidak memandang siapa penulis sebuah teks, bahkan tulisan yang dihasilkan penulis remeh seperti saya. Pak Dail Ma'ruf, dalam tatap maya pembukaan Pelatihan Belajar Menulis Gelombang ke-24 pernah bilang bahwa beliau sangat beruntung diberikan tanggung jawab sebagai kurator karena mendapatkan kesempatan membaca tulisan peserta dengan karakter yang bermacam-macam.
Ahad, 13 Februari 2022, surprize yang dikirim Om Jay tiba, Dua buku yang sangat bermanfaat. Buku pertama merupakan kisah inspiratif guru dari berbagai daerah yang terangkum dalam sebuah judul "Persembahan Cinta untuk Guru, Antologi, Pengabdian dan Jasa Guru". Buku ke dua tentang teknologi informasi, sebuah buku yang membahas tentang pengelolaan domain internet.
Satu hal yang hendak saya sampaikan bahwa, menjadi penulis yang masih belajar saja sudah mendapatkan kompensasi. Apalagi menjadi penulis professional. Hanya menulis beberapa paragraph saja sudah diberikan hadiah.
Terima Kasih Om Jay
Lombok Timur, 13 Februari 2021
Majalah Sekolah (pertemuan ke-12)
Dua hari saya dipaksa menguras energi untuk berjuang melawan rasa sakit di kepala. Rasanya bagai dipukuli godam bertubi-tubi tanpa jeda sejenakpun. Sejak malam pertemuan ke-11 BM saya sudah mulai merasakannya. Saya berasumsi saja bahwa hanya efek belum ngopi.
Ternyata asumsi saya keliru. Pagi Kamis saya masih bisa masuk sekolah dengan sakit kepala ringan, tenggorokan gatal, dan batuk-batuk. Sekitar jam 09.00 tim vaksin dari PKM setempat datang untuk menyisir anak-anak yang belum divaksin. Termasuk vaksin booster, ke-3 untuk guru. Vaksinasi berjalan lancar karena anak-anak yang belum divaksin dan guru bersikap kooperatif.
Beberapa jam kemudian setelah vaksin sakit kepala saya makin kuat. Saya tidak ingin membuat asumsi keliru lagi bahwa ini disebabkan vaksin. Saya buang jauh-jauh pikiran itu karena sebelum divaksin saya sudah sakit. Saya berusaha melawan dan mencoba bertahan dari rasa sakit. Sampai jam pulang sekolah sakit kepala makin menguat. Saya pulang bersama dengan bubarnya sekolah. Dalam perjalanan ke rumah saya sempat mampir di toko obat membeli peredam sakit kepala. Setiba di rumah, saya minum obat, shalat, lalu tidur dengan harapan sakit kepala itu berlalu. Karena ngantuk yang sudah di luar batas toleransi, saya terlelap.
Saya terjaga sekitar pukul 15.00 karena sakit kepala bukannya turun malah makin menjadi. Rasa sakit itu terus menerus berlangsung sampai dua malam. Saat Pertemuan ke 12, Jum'at, 11 Pebruari 2022, Saya masih berjuang melawan sakit kepala yang tidak biasa itu.
Dalam kondisi paling tidak nyaman itu saya masih diberikan kekuatan menengok pelatihan BM ke-12. Pertemuan dengan materi "majalah sekolah" itu dimoderasi oleh Bu Maesaroh dan narasumber Ustazdah Widya Setyaningsih, S.Ag. Saya membaca informasnya sambil memicing-micingkan mata yang tidak kuat terbuka penuh akibat sakit kepala yang terus mendera.
Malam ini "perih" di kepala saya telah berlalu. Usai shalat isya' saya mencoba mengumpulkan kepingan pertemuan ke-12 yang terserak di WAG Belajar Menulis 24. Satu demi satu saya susun menjadi sebuah bangunan utuh walaupun masih perlu perbaikan.
Inilah kepingan pertama yang dapat saya temukan.
Kamis, 10 Februari 2022
Karya Fiksi dalam Pertemuan ke-11 BM PGRI 23-24
Selasa, 08 Februari 2022
Menulis itu mudahkah? (Pertemuan ke-10 BM PGRI)
Ketika flyer pertemuan ke-10 tadi sore dishare dalam WAG BM 24, Upin dan Ipin tengah minta dibelikan mobil remote oleh opah, Film animasi itu hampir pasti menjadi tontonan wajib anak saya yang baru duduk di kelas 5 sekolah dasar. Mau tidak mau, saya sesekali menikmati pula alur film negeri Paman Razak itu dengan argumen, tidak saja mengikuti dunia anak-anak tetapi banyak nilai sehari-hari yang dtunjukkan tokoh-tokohnya.
Terlepas dari tingkah polah tokoh-tokoh dalam film Upin dan Ipin, malam ini malam yang basah, Miliyaran rintik kecil sejak sore harus tunduk dalam kekuatan gravitasi. Rintik itu menukik lemah terbawa angin semilir sebelum menghempaskan diri ke permukaan rerumputan, tersangkut ranting, atau terserak pada genangan menghampar. Sampai azan Maghrib berkumandang rintik itu masih bertahan dalam irama yang konstan.
Saat azan Maghrib berlalu kristal cair dari lengkung langit maghrib itu mulai membesar. Gemuruh suaranya menelan suara lain ketika menerpa multiroop penutup rangka atap masjid. Hujan maghrib sekaligus menghalangi langkah ke masjid para pecinta shalat berjamaah. Akibatnya, hanya tiga kening yang sempat bersujud di atas hamparan karpet masjid pada maghrib malam ini. Cuaca tidak bersahabat itupun membuat semua anak-anak "ngaji" Qur'an tidak hadir.
Usai shalat maghrib saya tinggal di masjid. Dua orang lainnya pulang. Hujan terus menderas sampai Isya' menjelang. Saya mengambil microphone dan suara fals saya mulai melantunkan azan. Saya shalat sunah. Karena tidak ada orang yang datang saya lanjutkan shalat sendiri.
Pulang dari masjid saya langsung membuka komputer untuk mengikuti pertemuan ke-10 Belajar Menulis gelombang 24 PGRI, Senin, 07 Februari 2022. "Menulis itu Mudah" adalah kalimat yang terbaca, setelah membaca nama sosok Narasumber dan Moderator Pelatihan. WAG sudah dikunci Bu Raliyanti saat sang Moderator mulai menyampaikan membuka pelatihan. Dengan mengutip tema tulisan "Menulis itu Mudah" moderator berusaha "menghasut" peserta untuk menanamkan keyakinan bahwa menulis itu bukan hal yang sulit.
Setelah merasa cukup dengan aksi "agitasi"-nya, Moderator lalu memperkenalkan narasumber dalam pertemuan ini. Ketika moderator seakan dengan lantang menyebutkan nama "Prof. Dr. Ngainun Naim", saya seakan mendengar riuh tepuk tangan peserta memberikan aplous untuk narasumber. Tepuk tangan makin gegap gempita ketika moderator memampang curiculum vitae narsum.
Selanjutnya, untuk menjawab ketidaksabaran peserta moderator mengajak peserta untuk memasuki sesi utama, mendengarkan presentasi narasumber.
Narsum membuka materi dengan menyampaikan kebanggaannya terhadap profesi guru. Prof. Ngainun merasakan aliran energi yang luar biasa ketika bersama dalam komunitas guru. Sebagaimana moderator, narsum juga mengawali materinya dengan menggugah kesadaran peserta bahwa MENULIS ITU MUDAH.
Setelah merasa yakin peserta sudah memiliki perubahan cara berfikir bahwa menulis itu bukan hal yang sulit, narsum mengajak peserta mengisi waktu luang untuk berlatih menulis secara konsisten. Banyak orang memiliki latar belakang yang tidak bersentuhan dengan tulis menulis ternyata berhasil menjadi penulis profesional karena memiliki komitmen dan berusaha mendisiplinkan diri dalam menulis.
Untuk menjadi penulis profesional, narsum meyakinkan bahwa capaian itu tidak bisa peroleh secara instan. Seseorang harus melalui proses yang panjang dan membutuhkan keseriusan. Pada saat yang sama, menulis juga memerlukan referensi. Oleh karena itu, seorang penulis juga harus banyak membaca. Lebih dari itu membaca bukan sekadar membaca tetapi harus ada pemahaman terhadap bacaan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan penulis adalah kemampuan mengelola waktu. Kesibukan hanyalah alasan klasik untuk menghibur diri ketika seseroang tidak dapat melakukan aktivitas menulis. Pesan narsum, "jangan MENUNGGU WAKTU LUANG tapi mari LUANGKAN WAKTU"
Ketika sudah berhasil mengelola waktu, narsum menyarankan agar peserta "rajin mengamati, mencatat, dan mengolah apa yang sudah dicatat menjadi tulisan." Seorang penulis selalu berupaya mengamati setiap peristiwa, pengalaman, dan hal-hal menarik sehari-hari. Hasil pengamatan tersebut kemudian dijadikan catatan lalu dituangkan menjadi sebuah tulisan utuh.
Prof. Ngainun Naim memberikan contoh tulisan berupa pengalaman perjalanan yang dituangkan dalam link spirit literasi dan .spirit-literasi1. Prof juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk berkunjung ke blog pribadinya pada link ngainun-naim.
Saat membaca tulisan penulis profesional pada link di atas, saya melihat susunan kata demi kata tertata dengan apik, kalimat mengalir tenang dan runtut, dan kontinuitas antar paragraf sangat konsisten. Untuk mencapai kampuan seperti itu tentu butuh perjuangan yang panjang dan kesungguhan.
Prof. Ngainun Naim mengakhiri "ceramahnya" dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang tulis-menulis. Pertanyaannya beragam antara lain, ketidakpercayaan diri untuk menulis dan enggan menyebarkannya kepada orang lain, cara mewujudkan konsep menulis sebagai hal yang mudah, cara mengatur waktu untuk menulis di sela-sela kesibukan, dan sebagainya. Pertanyaan lainnya tentang cara mempengaruhi orang lain atau teman sejawat untuk menulis. Ada pula yang masih gagap dalam mengatasi kebuntuan pena saat sedang menulis.
Belasan pertenyaan itu pada dasarnya sudah terjawab pada pertemuan-pertemuan sebelumnya oleh. Hampir pasti pertanyaan itu muncul dalam setiap pertemuan. Saya memilih diam dan menuntaskan resume.
Terima kasih.
Senin, 07 Februari 2022
Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai
Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...
-
Musik pop lawas era 80-an tanpa syair menggenapkan gerimis yang menerpa lembut kota Bandung siang ini, Kamis, 14/07/2022. Suhu dingin yang m...
-
Dua perempuan cantik memperlihatkan kesan ramah menghiasi poster pengumuman jadwal pertemuan ke-6 Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 23-2...
-
Bagai gemerincing gelang kaki penari dalam film Bollywood, suara notifikasi pesan WA dari smartphone membangunkan saya tadi siang menjelang ...
-
Ketika flyer pertemuan ke-10 tadi sore dishare dalam WAG BM 24, Upin dan Ipin tengah minta dibelikan mobil remote oleh opah, Film animasi...
-
Malam ini kesadaran utama saya terbelah menjadi tiga bagian penting. Pertama , saya harus menyelesaikan tugas diklat Perencanaan Berbaisis D...
-
Tidak seperti kemarin, sore tadi cuaca bersahabat. Dari atas gerak maju kuda besi tua yang terguncang-guncang pada permukaan aspal yang mu...
-
Waktu terus berlalu. Bumi masih tetap melakukan kerja rotasinya untuk membuat pergantian siang dan malam. Planet paling memungkinkan untuk b...
-
Waktu sekolah telah usai. Anak-anak sudah pulang ke rumah masing-masing. Pun para guru dan pegawai. Saya sendiri masih di sekolah, terpasung...
-
Semalam saya mengikuti pertemuan virtual Opening Ceremony Kelas Menulis Gelombang 23 dan 24 di bawah asuhan orang-orang yang tidak saya kena...
-
13/07/2022, Rombongan kepala sekolah yang terdiri dari TK/paud, SD, dan SMP Kabupaten Lombok Timur bergerak menuju Jakarta dan Bandung untuk...