Jumat, 18 Februari 2022

Buku Nonfiksi (Pertemuan ke-15)

 



Pak Dail Ma'ruf, sebagai moderator, telah membuka kegiatan pelatihan melalui pesan suara pada pertemuan ke-15 saat saya mulai bergabung. Masih melalui pesan suara, moderator mempermaklumkan kepada peserta bahwa kegiatan dibagi menjadi 2 sesi, penyampaian materi dan tanya jawab.

CV narsum merupakan bagian penting dari pelatihan agar peserta lebih mengenalnya. Musiin, M.Pd adalah nara sumber pada pertemuan ke-15 ini. Beliau didapuk untuk menyampaikan materi dengan topik "Konsep Buku NonFiksi". Berdasarkan CV-nya, narsum tidak saja seorang guru tetapi juga pegiat sosial, ekonomi, literasi, dan wirausahawati. Beliau mewakafkan banyak hal untuk kemaslahatan bersama. Hal ini bagi saya merupakan sesuatu yang luar biasa,

Rupanya Bu Iin juga alumni kelas menulis asuhan Om Jay. Beberapa bukunya sudah terpajang di toko-toko buku. Narsum mengakui bahwa sebelum mengikuti kelas menulis ini, ada semacam phobia menulis yang selalu mengungkung potensinya. Berkat narsum yang luar biasa dan peserta yang saling memberikan semangat akhir Bu Iin bersama peserta lain angkatan 8 belajar berhasil menerbitkan buku.

Berdasarkan pengalaman pribadinya Bu Iin menjelaskan bahwa dalam menulis itu ada ketakutan; takut tidak ada pembaca, takut menuangkan pendapat atau ide dalam tulisan, dan takut karyanya tidak berkualitas jika disandingkan dengan karya orang lain. Ketakutan-ketakutan itu melahirkan sikap konyol dengan hanya duduk termangu di depan laptop tanpa menghasilkan tulisan.

Perubahan sikap itu dimulai ketika narsum masuk kelas menulis Om Jay dengan sejumlah nara sumber yang luar biasa. Ketakutan yang selama ini membuat penanya tidak berjalan berubah menjadi sebuah energi yang penuh keberanian untuk menuangkan setiap idenya secara tertulis.

Narsum sempat mengajak peserta untuk memahami sekilas sebuah buku karya Dan Poynter, judulnya Is There A Book Inside You. Bu Iin mengutip,

"Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. 
Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian."

Tanpa bermaksud mengerdilkan semangat peserta, Bu Iin menyampaikan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit. Diperlukan komitmen berlatih untuk sampai pada perspektif bahwa menulis itu indah. Diperlukan keseriusan dan kontunuitas belajar dari waktu ke waktu untuk sampai pada mental CINTA MENULIS.

Harus ada alasan yang kuat dan benar-benar menjadi motivasi seseorang untuk menulis. Narsum sendiri memilih menulis dengan alasan ingin mewariskan ilmu lewat buku, sekaligus ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline, dan mengembangkan profesi sebagai guru.

Kembali narsum mengutip pernyataan penulis terkenal Pramudya Ananta Toer.

Narsum menjelaskan bahwa kekuatan seseorang salah satunya terletak pada komunikasinya. Saya teringat pada Bung Karno yang konon mampu menyedot perhatian massa dengan gaya komunikasinya di atas panggung. Saya juga terkenang dengan Zainunddin MZ, Kiai Sejuta Umat, yang selalu memukau audiens melalui gaya ceramahnya yang lantang dan selipan humor.

Narsum menegaskan bahwa menulis merupakan salah satu pilihan bagi seseorang yang ingin meninggalkan jejak kehidupan. Seseorang bisa saja dikenang karena keturunannya tetapi dikenang karena menghasilkan karya jauh lebih bermartabat.

Modal kuat seorang penulis, menurut narsum, adalah keinginan kuat. Makin kuat keinginan untuk meraih sesuatu makin besar kemungkinan tangan mampu meraih keinginan tersebut. Akan tetapi tentu saja keinginan tersebut harus didukung dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh.

Narsum kemudian membawa peserta masuk ke materi utama, buku nonfiksi. Ada 3 pola penulisan buku nonfiksi yakni, 
1) Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit), contohnya, buku pelajaran
2) Pola Prosedural yaitu Buku disusun berdasarkan urutan proses, contohnya, buku panduan.
3) Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

Salah satu buku karya Bu Iin adalah "Literasi Digital Nusantara". Penulisan buku ini menggunakan pola ketiga atau pola klaster. Proses penulisan buku ini terdiri dari 5 langkah, yakni, pratulis, menulis draf, merevisi draf, menyunting naskah, dan menerbitkan. 

Tema besar buku ini adalah pendidikan. Sumber idenya "...berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020". Narsum mengaku bahwa referensi buku "Literasi Digital Nusantara" berasal dari data dan fakta yang diperolehnya dari literasi di internet.

Tahap selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka itu kemudian dikembangkan menjadi tulisan utuh atau berdasarkan kerangka itulah proses penulisan dilanjutkan. Sebagai panduan Bu Iin mengikuti nasihat dari Pak Yulius Roma Patandean, salah seorang alumni belajar menulis. Panduan itu dapat dibuka pada link https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be

Satu demi satu tahapan menulis itu dijelaskan narsum dengan runtut. Walupun demikian dalam proses penulisan itu tentu saja ada aral. Hal-hal yang menghambat narsum dalam penulisan buku tersebut menyangkut hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, dan hambatan psikologis.

Hambatan-hambatan tersebut diatasi dengan banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, disiplin menulis setiap hari, atau pergi ke pasar dan memasak (untuk ibu-ibu).

11 komentar:

  1. terima kasih sudah mengerjakan resumenya dengan baik. https://terbitkanbukugratis.id/wijaya/02/2022/menulis-konsep-buku-non-fiksi-oleh-ibu-musiin/

    BalasHapus
  2. Tampilan cerah memberikan sugesti pada pembaca tercerahkan juga

    BalasHapus
  3. Keren tulisannya dengan parafrase yg luar biasa. Mantap oak

    BalasHapus
  4. mantapa banget bahasanya pak, salam literasi

    BalasHapus
  5. Pak Yamin selalu oke, inspiratif.

    BalasHapus
  6. Gaya reportasenya di resume joos tenan, pak Yamin. Manjiw

    BalasHapus
  7. KREN, HBT DAN TERUS SEMANGAT YA, BAGUS RESUMENYA MOGA JADI BUKU....

    BalasHapus

Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai

Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...