Rabu, 19 Januari 2022

Muhammad Zulhajj Ahsanul Khalqi

Lahir 19 bulan silam menjelang Idul Adha 1439 H. Kelahirannya persis saat gempa menjadi trend bencana. Selama belasan hari sempat menjadi anak tenda. Kelahirannya juga dikawal musibah yang mendera keluarga atas kepergian adik tercinta Yul Hardani. 

Saya sematkan nama Muhammad Zulhajj Ahsanul Khalqi. Nama yang cenderung terlalu panjang. Kata di belakang itu menjadi sapaannya. Kata "Zulhajj" saya selipkan untuk mengingat bulan Zulhijjah sebagai bulan kelahirannya.  Khalqi sempat dirundung koreng dan kudis beberapa bulan setelah kelahirannya. Penyakit yang disebabkan hewan mikroskopis itu ditularkan oleh si Sulung, santri yang menyelesaikan pendidikan pesantren karena tidak tahan cobaan hidup di asrama bukan karena sudah banyak mendapat ilmu.

"Nit... Nit...!" begitu rintihnya menyayat rasa hampir setiap malam sambil menggaruk bagian tubuhnya yang gatal. Sekarang perjuangannya melawan penyakit itu telah berlalu. 

Saat ini Khalqi sudah menguasai sejumlah besar kosa kata untuk balita seusianya. Dia hafal hampir semua nama papuknya. Papuk Tuan Us, Papuk Tuan Cun, Papuk Tuan Ucin,, Papuk Tuan Hila, Papuk Ae, sampai Papuk Apok. Bahkan sebagian besar tetangga dekat dari yang kecil sampai generasi renta sudah menjadi bagian dari sistem kognisinya.

"Uciiin...!" teriaknya saat melihat Papuk Tuan Ucin atau mendengar mesin mobilnya memasuki gerbang halaman. Dan.. "Pepiiing...!" kata itu mengiringi teriakan pertamanya karena terbiasa diberikan "keping". 

Kebiasaan tak lazimnya adalah suka menjadikan sapu dan sendok masak sebagai mainan. Dan sendok masak merupakan peralatan dapur tak terpisahkan dari fase polosnya. Bahkan saat tidur. 

Setiap hari Khalqi mengawali hidup sejak fajar. Bagi saya ini anugerah karena kehadirannya telah memutus kebiasaan tak elok. "Kepangkaran". 

Satu hal yang belum dimengertinya adalah beringasnya gempuran pandemi Covid 19. Sama tidak mengertinya dengan sejumlah besar warga +62 yang "bengkeh" dilarang kumpul-kumpul untuh memutus rantai penularan.

Catatan istilah dalam bahasa Sasak:

1. papuk (kakek/nenek)

2. tuan (seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji)

3. papuk tuan (kakek/nenek yang telah menunaikan ibadah haji)

4. Peping/keping (uang)

5. Kepangkaran (bangun kesiangan)

6. Bengkeh (tidak taat)

Ditulis 29 maret 2019 pada beranda facebook

 https://www.facebook.com/lu.abul/posts/1840694266084501


1 komentar:

  1. Semoga menjadi anak yang Sholeh dan berbakti pada kedua orang tua ,👍

    BalasHapus

Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai

Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...