Sumber gambar : http://www.yayasanponpes-abumanshur.com/2019/01/pelajaran-matematika-itu-menyenangkan.html |
Matematika secara umum dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang sulit. Anggapan itu membuat mata pelajaran ini menjadi sesuatu yang unik. Keunikan itu terletak pada dua efek psikologis paradoksal yang ditimbulkannya. Matematika di satu sisi memberikan kebanggaan sekaligus ketakutan di sisi lainnya.
Berkembangnya persepsi bahwa
Matematika sebagai mata pelajaran sulit, menumbuhkan kebanggaan tersendiri pada
diri siswa ketika memiliki kemampuan lebih pada mata pelajaran ini. Kebanggaan
itu tidak saja mewarnai kesadaran siswa melainkan juga guru dan orang tua.
Anak-anak dianggap memiliki keunggulan istimewa jika mendapat nilai istimewa
pada pelajaran tersebut. Pada saat yang sama, pandangan bahwa Matematika itu
sulit, juga membuat kebanyakan siswa menjadi alergi ketika mendapatkan tugas
menyelesaikan soal-soal matematika. Siswa seakan mengalami semacam sindrom yang
membuat mereka bersikap skeptis, kurang berminat, dan tidak bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Matematika Phobia mungkin sebuah istilah yang tepat untuk mewakili
rasa takut tersebut.
Munculnya Matematika Phobia
sesungguhnya sebuah efek psikologis yang pemicunya bukan akibat kesalahan siswa
dan tingkat kesulitan matematika itu sendiri. Phobia tersebut lebih disebabkan
oleh pemilihan metode, pendekatan, dan media yang kurang tepat (bahkan
nir-media) dalam proses pembelajaran.
Sebuah fakta yang tidak
terbantahkan bahwa sejauh ini pembelajaran paling klasik dan paling umum yang
digunakan adalah pembelajaran yang bersifat verbal. Guru, di satu pihak,
menjelaskan dan memberikan gambaran secara lisan sebuah materi pelajaran dan,
di pihak lain, siswa “dipaksa” memahami penjelasan panjang lebar yang
disampaikan guru. Siswa sering ditempatkan sebagai obyek pasif yang sekadar
menjadi sasaran dari sebuah proses pembelajaran tanpa mengikuti proses itu
secara utuh. Pembelajaran verbal memang bukan sebuah aib tetapi ketika seluruh
proses pembelajaran didominasi oleh pembelajaran semacam ini tentu akan
menghilangkan kesempatan siswa untuk menikmati kegiatan pembelajaran dengan
cara-cara yang menyenangkan.
Para ahli bersepakat bahwa
pembelajaran akan bermuara pada titik yang memuaskan jika prosesnya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam suasana kebatinan yang
menyenangkan. Sebaliknya, hasil belajar akan sulit dicapai secara optimal jika
proses pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menakutkan, kaku, dan
menjemukan.
Dalam berbagai literatur, konsep
pembelajaran menyenangkan dirumuskan dalam untaian kalimat yang beragam. Akan
tetapi keragaman rumusan itu mengandung esensi dan pengertian yang sama.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang tidak membuat siswa merasa
takut salah dan takut ditertawakan. Pembelajaran memantik keberanian siswa untuk mencoba dan berbuat,
berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, dan berani mempertanyakan
gagasan orang lain. Pembelajaran menyenangkan tidak terikat pada proses belajar
yang kaku dan membosankan. Pembelajaran menyenangkan tidak memasung semangat
belajar dan mengebiri rasa ingin tahu siswa. Dalam proses pembelajaran
menyenangkan siswa merasa "at home", siswa harus merasa kerasan.
Lalu bagaimana merancang dan
melaksanakan pembelajaran agar menyenangkan? Mungkin salah satu cara yang patut
dicoba adalah dengan membagikan uang pada siswa lalu disuruh beli jajan dan
makan jajan itu sampai jam pelajaran Matematika berakhir.
Berdasarkan dugaan sementara, ini
dijamin menyenangkan. Sesekali tanggalkan keseriusan paripurna itu. Keluarlah dari
cangkang dan tertawalah terbahak-bahak.
Model pembelajaran Problem Solving. Keren banget 👍👍
BalasHapusSepakat harus dirubah paradigma berfikir, dan dibuat metode menyenangkan. Oiya sedikit masukan , bagaimna kalo begrond jangan hitam . Bacanya gelap 🙏
BalasHapus