Selasa, 31 Mei 2022

Siswa Melakukan Kesalahan; Apakah Pemberian Sanksi Masih Relevan?


Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa mengalami proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilan tertentu, serta pembentukan sikap dan rasa percaya diri pada peserta didik.

Pembelajaran, dengan kalimat yang berbeda, dapat diartikan sebagai proses pembentukan kompetensi yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 

Pembelajaran, dengan demikian, mengandaikan semacam harapan bahwa prosesnya haruslah bersifat menyeluruh, holistik. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru semestinya dapat mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir, melatih keterampilan, dan membentuk kepribadian.

Peran Guru

Guru sebagai pemimpin pembelajaran, karenanya, menempati posisi sentral. Pada titik ini guru berada pada posisi sebagai sumber belajar yang komprehensif–sebagai tempat bertanya, sumber inspirasi dalam menyelesaikan masalah, dan sebagai figur yang mampu tampil sebagai panutan dalam bersikap dan bertindak bagi peserta didik.

Tantangan besar guru dalam memimpin pembelajaran adalah membuka kemungkinan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, menguasai keterampilan tertentu, dan membiasakan diri berperilaku ke arah yang positif. Dalam menjalankan peran tersebut, guru dapat memilih pendekatan yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 

Dari waktu ke waktu pendekatan itu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan sosial budaya. Pada saat yang sama, perubahan paradigma pembelajaran juga mengalami perkembangan. Pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran di masa lalu berbeda dengan masa kini. 

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Ilmu pengetahuan itu tidak saja menyangkut ilmu-ilmu alam dan sains tetapi juga ilmu-ilmu di bidang sosial, ekonomi, budaya, sampai ilmu yang secara spesifik membahas tentang pendidikan itu sendiri. 

Perkembangan ilmu pendidikan dan pembelajaran tentu bermuara pada perkembangan pendekatan, strategi, metode, sampai tata cara paling teknis dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat peran guru mengalami rumusan yang terus menerus menjadi diskursus yang tidak pernah usai sepanjang waktu.

Peran dasar guru adalah sebagai pengajar dan pembimbing, sebagai transporter (alat angkut) informasi dalam wujud ilmu pengetahuan dan budaya kepada peserta didik. Peran dasar itu berkembang menjadi makin kompleks akibat tuntutan perubahan peradaban yang makin kompleks dari masa ke masa.

Sebuah pendapat  menyebutkan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.  Pendapat lain memetakan peran guru dalam proses pembelajaran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, pengawet, dan sebagai kulminator.

Guru sebagai Pemberi Sanksi

Dari deretan peran guru di atas salah satu peran yang tidak disematkan adalah pemberi sanksi (hukuman) atau punisher. Walaupun diberikan ruang untuk memberikan sanksi, secara teori tidak ditemukan posisi guru sebagai "pemberi putusan bersalah" lalu memberikan sanksi sebagai kompensasi atas kesalahan yang dilakukan peserta didik. 

Dalam banyak kajian, punishment atau sanksi kepada siswa memang diperlukan dalam pembelajaran. Akan tetapi, bentuknya lebih mengarah kepada hal-hal yang positif, misalnya dengan memberikan tugas tambahan yang bersifat mendidik.

Sebagaimana dipahami bahwa sanksi merupakan kompensasi yang diterima seseorang ketika melakukan sebuah kesalahan. Sanksi itu bisa berupa sanksi hukum, sanksi sosial, atau sanksi agama yang relevan. Ini merupakan aturan untuk mewujudkan harmoni dalam kehidupan manusia.

Dalam dunia pendidikan sanksi juga memiliki peran penting. Pertimbangan utamanya bahwa sanksi tentu harus disesuaikan dengan kondisi yang terjadi.

Sanksi pada umumnya berhubungan dengan kesalahan dalam perilaku atau pelanggaran terhadap sebuah peraturan (sekolah). Beberapa perilaku yang melanggar peraturan sekolah, misalnya, tidak mengerjakan tugas, sering datang terlambat, merokok, suka bolos, atau tertidur saat pembelajaran berlangsung merupakan.

Guru pada masa lalu biasanya mengajar dengan gaya yang tegas dan kaku. Banyak endapan kisah guru zaman dahulu yang tidak segan-segan memberikan sanksi fisik kepada siswa jika ketahuan melanggar aturan sekolah.

Kesalahan siswa kerapkali berakhir pada ujung penggaris atau lemparan penghapus. Sering pula ditemukan siswa yang mengikuti pelajaran sambil terkantuk-kantuk, diberikan hukuman berdiri di depan kelas dengan satu kaki dan tangan terentang.

Ada juga siswa yang harus berlari keliling lapangan jika tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Pada hari yang lain, sejumlah siswa terkena razia dan harus merelakan rambut gondrongnya digunting cepak dengan cukuran yang tidak rata.

Sanksi-sanksi di atas, tidak terlepas dari upaya guru untuk membentuk prilaku siswa atau menekan perilaku indispliner siswa. Bentuk-bentuk sanksi di atas bukanlah bertujuan negatif tetapi sebagai upaya menempa siswa agar menjadi pribadi yang memiliki disiplin dan memiliki kesadaran untuk menaati peraturan sekolah. Akan tetapi, sanksi semacam itu kini dianggap tidak edukatif karena dapat menumbuhkan semacam dendam.

Proses pembelajaran dewasa ini mengalami perkembangan yang jauh berbeda dengan jaman lampau. Anak-anak masa kini dibentuk dalam kehidupan sosial budaya yang bebas dan terbuka. Hal ini menyebabkan pemberian sanksi fisik seperti di atas kerap dianggap tidak direkomendasikan lagi.

Banyak kasus yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dengan kekerasan tidak menyelesaikan masalah. Bahkan dapat berakibat pada munculnya persoalan hukum. Hal ini tidak saja karena perubahan cara berfikir masyarakat tetapi juga sebagai respon atas gagasan tentang perlindungan anak.

Ketika siswa melakukan kesalahan sebaiknya guru tidak buru-buru menetapkan sanksi. Diperlukan semacam investigasi untuk mengungkapkan penyebabnya. Peringatan merupakan tindakan awal kepada siswa yang bersangkutan agar tidak melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang. Jika siswa tidak dapat berubah dengan peringatan di sinilah sanksi dapat menjadi alternatif terakhir dengan catatan bahwa sanksi tersebut harus memuat nilai-nilai edukatif.

Hal paling utama adalah pendekatan personal kepada siswa yang bersangkutan. Keterlibatan orang tua dalam hal ini diperlukan sebagai bentuk kolaborasi antar stakeholder.

Lombok Timur, 29 Mei 2022

Referensi:

1. Apa Itu Pembelajaran?

2. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Foto dan Video Nguping


https://www.youtube.com/watch?v=XZeTt80z6iU&t=283s


Identitas Penulis


Nama                    : Mohamad Ashabul Yamin
Unit Kerja            : SD Negeri 1 Embung Kandong
Alamat Sekolah   : Keselet Desa Embung Kandong, Kecamatan Terara, Lombok TImur, NTB
Alamat Rumah    : Semango, Desa Leming, Kecamatan Terara, Lombok TImur, NTB
No. HP                : 087854654730



Senin, 09 Mei 2022

Hari Pertama Sekolah Pasca Lebaran; Apa Kegiatan Sekolah?

Gambar Dokumen Sekolah

Pagi yang cerah. Matahari menghamparkan sinarnya secara paripurna. Cahayanya menerpa permukaan tanah lapang, jalan tanah, hamparan sawah, dan hijau dedaunan. Sepasang kupu-kupu terbang di antara rimbun pepohonan. Seekor kadal hijau diam dengan ekspresi siaga untuk melahap serangga kecil yang melintas di hadapannya. 

Pagi yang cerah. Secerah itu wajah-wajah hadir di sekolah. Suasana ini merupakan pemandangan umum pada semua sekolah. Dua minggu sekolah libur membuat kerinduan warga sekolah menggunung. Dua minggu pula sekolah ditinggal telah membuat serakan sampah organic. Daun-daun dan ranting berguguran. Satu dua sampah plastic tampak di beberapa sudut halaman. 

Pukul 07.00. gerbang sekolah telah dibuka. Anak-anak sudah ramai. Guru-guru juga sebagian sudah hadir. Rupanya surat edaran dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur cukup manjur. Edaran itu yang mengharuskan sekolah masuk tanggal 09 Mei 2022. 

Guru dan siswa tampak melebur bahu membahu membersihkan sampah yang berserakan di sana-sini. Sebuah pemandangan yang menunjukkan sikap gotong royong yang hamper sempurna. Siswa yang mendapat giliran piket kebersihan di dalam kelas menjalankan tugasnya masing-masing. Sejumlah siswa menggunakan sapu lidi untuk membersihkan halaman. Siswa lainnya secara bergerombol membawa bak ukuran kecil dan menjejalinya dengan sampah yang mereka pungut. Tiga bak sampah roda ukuran besar didorong beberapa siswa ke arah timbunan sampah yang telah terkumpul. Timbunan sampah itu dalam waktu singkat ke dalam bak.

Tepat pukul 07.30 anak-anak berbaris di halaman. Salah seorang guru memberikan aba-aba baris berbaris. Guru lainnya membantu mengatur anak-anak merapikan barisan sesuai dengan kelas masing-masing.

Hari pertama masuk sekolah pasca lebaran. Suasana idul fitri masih terasa. Momentum itu menjadi kesempatan untuk bermaaf-maafan. Sebelum bersalam-salaman kepala sekolah menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan puasa dan hari raya. Pada kesempatan itu pula, siswa diingatkan bahwa pelaksanaan ujian sekolah dan penilaian akhir tahun akan segera dilaksanakan dalam waktu singkat.

Siswa mendengar dengan penuh perhatian. Satu dua siswa kelas 1 dan 2 tampak bercanda di barisan belakang. Mereka adalah kelompok siswa yang masih sulit berkonsentrasi dalam mendengarkan. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan metode berbicara yang menarik untuk memasung perhatian mereka. 

Pidato singkat kepala sekolah diakhiri dengan bersalam-salaman antara guru dan siswa. Satu satu siswa secara bergiliran menyalami guru. Mereka berjalan membentuk lingkaran. Riuh shalawat guru dan siswa mewarnai kegiatan itu.

Kegiatan bersalam-salaman selesai. Anak-anak masuk kelas masing-masing. Sebagian melanjutkan membersihkan kelas yang belum rampung. Sebagian lagi berjalan menuju warung untuk membeli sarapan.

Memanfaatkan jeda kegiatan salam-salaman dan masuk kelas, guru-guru dan kepala sekolah duduk berkumpul di teras di depan salah satu ruang kelas. Mereka ngobrol tentang liburan, kue lebaran, atau menu berbuka puasa. Sempat pula ada yang membuka tentang sahur yang terlambat saat puasa.

Dalam obrolan itu muncul ide untuk memeriahkan kegiatan hari Pendidikan Nasional. Salah seorang guru menggagas lomba. Gagasan itu mengerucut kepada jenis lomba.  Mereka sepakat untuk melakukan lomba fashion show, lari karung, dan cerdas cermat, dan lomba menggunakan pakaian adat. Pantia formal langsung dibentuk. Hadiahnya disepakati dalam bentuk alat-alat pelajaran berupa pengggaris, buku tulis, penghapus, atau ballpoint.

Pelaksanaan lomba ditetapkan setelah upacara bendera. Sebagai persiapan sekolah melakukan sosialisasi. Salah satu guru merancang pamphlet untuk digandakan. Paling tidak besok pamphlet itu dapat disebarkan. Guru kelas masing-masing juga menginformasikan kepada siswa. 

Hari pertama masuk sekolah. Sebuah Langkah awal setelah libur telah dimulai. Semoga gagasan lain bermunculan, gagasan yang menumbuhkan kompetisi secara sehat pada sekolah.

Embung Kandong, 09 Mei 2022

Penilaian Pembelajaran; Perdebatan yang Tak Pernah Usai

Dokpri Kamis, 16 November 2022, saya menghadiri rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Terara, Lombok Timur. Salah satu agenda ...